[ 2002 ]

******************************************************************************************

144 Di Mana Rumah, Katanya, Kebayoran, Jakarta, Selasa, 2 April 2002  

145 Katanya Hilang, Katanya, Kebayoran, Jakarta, Selasa, 2 April 2002

146 Katanya Kejam, Katanya, Kebayoran, Jakarta, Selasa, 2 April 2002

147 Katanya Bohong, Katanya, Kebayoran, Jakarta, Selasa, 2 April 2002

148 Tulikan Diri, Katanya, Kebayoran, Jakarta, Selasa, 2 April 2002

149 Curahan Hujan, Di Kala Hujan, Kebayoran, Jakarta, Rabu, 3 April 2002

150 Suara Alam, Di Kala Hujan, Kebayoran, Jakarta, Rabu, 3 April 2002

151 Meniti Jalan, Di Kala Hujan, Kebayoran, Jakarta, Rabu, 3 April 2002

152 Jalan Berlumpur, Di Kala Hujan, Kebayoran, Jakarta, Rabu, 3 April 2002

153 Meniti Jalan, Di Kala Hujan, Kebayoran, Jakarta, Rabu, 3 April 2002

154 Jumpa Pertama, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002

155 Gencar Bertanya, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002

156 Tanya Berulang, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002

157 Hilang Suara, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002

158 Suka Padamu, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002

159 Gayung Bersambut, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002

160 Masa Pertama, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002

161 Mulai Berbantah, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002

162 Rasa Cemburu, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002

163 Tidak Percaya, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002

164 Putus Akhirnya, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002

165 Rasa Kecewa, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002

166 Guru Engkas, Pasir Buncir, Kebayoran, Jakarta, Jumat, 5 April 2002

167 Tuan Romadin, Pasir Buncir, Kebayoran, Jakarta, Jumat, 5 April 2002

168 Kakang Paniyo, Pasir Buncir, Kebayoran, Jakarta, Jumat, 5 April 2002

169 Arifin Fither, Pasir Buncir, Kebayoran, Jakarta, Jumat, 5 April 2002

170 Kedua Lurah, Pasir Buncir, Kebayoran, Jakarta, Jumat, 5 April 2002

171 Di Tepi Jalan, Bapak Tercinta, Kebayoran, Jakarta, Jumat, 5 April 2002

172 Di Tengah Malam, Bapak Tercinta, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002

173 Di Kala Sedih, Bapak Tercinta, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002

174 Di Kala Susah, Bapak Tercinta, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002

175 Di Masa Tua, Bapak Tercinta, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002

176 Di Unur Gede, Bapak Tercinta, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002

177 Masa Remaja, Kenangan Lama, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002

178 Urung Menyatu, Kenangan Lama, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002

179 Rasa Beralih, Kenangan Lama, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002

180 Ingat Padamu, Kenangan Lama, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002

181 Pujangga Alam, Doa Seruan, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002

182 Semangat Hidup, Doa Seruan, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002

183 Kugubah Kidung,  Doa Seruan, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002

184 Cahaya Alam, Doa Seruan, Kebayoran, Jakarta, Senin, 15 April 2002

******************************************************************************************

 

 

Katanya!

 

144 Di Mana Rumah?                               

Di mana rumah kediamanku

Yang cukup asri walaupun rapuh                                                          

Tempatku tidur beradu siku                    

Saling berdesak berhimpit tubuh

Di mana rumah kesayanganku          

Yang amat mungil berbau peluh       

Mengapa kini tak ada lagi?             

(H3/02/04/2002)

[Back]                       

                          

 

                      145 Katanya Hilang

Katanya lenyap tersapu banjir

Akibat hujan yang datang mampir

Katanya sudah dihancur lebur

Tanpa berbekas kena digusur              

Katanya memang harus dibongkar

Sebab mudahnya jadi terbakar

Katanya rumahku bukan rumah!

(H3/02/04/2002)

[Back]

                                                                                     


 

146 Katanya Kejam

Apa kataku aku tak tahu

Hanya kutahu apa katanya

Tapi katanya buatku pilu

Terlunta-lunta hidup merana                

Sebab katanya aku benalu

Tidak kan mampu menjadi warga

Betapa kata begitu kejam!

(H3/02/04/2002)

[Back]

 

 

147 Katanya Bohong

Padahal dulu indah katanya

Membuai rasa buat terlena

Sehingga bangga rasa hatiku                                    

Dianggap warga pantas ditiru

Katanya aku kaum yang rajin

Maka nasibku pasti dijamin

Tapi katanya kini berubah!

(H3/02/04/2002)

[Back]

 

 

148 Tulikan Diri

Katanya lidah tidak bertulang

Apa katanya serba tergantung

Sehingga kerap kali menyimpang

Sesuai apa yang bikin untung              

Pantaslah kalau nasibku malang

Oleh katanya yang buat bingung

Haruskah aku tulikan diri?

(H3/02/04/2002 )

[Back]

 

 

 

Di Kala Hujan

 

149 Curahan Hujan

Hujan turun di bumi Caringin

Angin menggoyang pohon beringin

Galangan tanah banyak yang longsor                                     

Terpuruk bagai ke dalam bokor         

Air sungai yang keruh mengalir

Jauh menuju ke ujung akhir

Di kala hujaan semua basah!

(H4/03/04/2002)

[Back]

 

 

                       150 Suara Alam

Gelegar guntur terdengar megah

Bangunkan hati yang sedang lelah

Riuh bergema suara alam

Membawa rasa ke masa silam            

Ketika dulu jalan berhujan

Berbasah kuyup sekujur badan

Melarut hanyut menyatu utuh!

(H4/03/04/2002)

[Back]

 

 

151 Meniti Jalan

Meniti jalan di Lemah Duhur

Sambil menggali pikiran luhur

Langkah menuju ke desa Tangkil

Kala diusik rasa memanggil    

Datanglah kawan, datang kemari

Kami yang rindu sedang menanti

Seruan lembut halus terdengar!

(H4/03/04/2002)

[Back]

 

 

                      152 Jalan Berlumpur

Legok Antrem di balik rimbunan

Menjauh samar dari pandangan

Jalanan licin basah berlumpur                                       

Membuat hati rasa terhibur                             

Hujan yang turun masih menderas

Bagaikan beban tercurah lepas

Membuat segar diri kelana!

(H4/03/04/2002)

[Back]

 

 

153 Meniti Jalan

Kala tiba di Bumi Kawastu

Terobat hati yang sedang rindu

Begitu tulus sambutan hangat

Membuat diri merasa nikmat

Walau rasanya penat dan letih

Kalbu mengucap terima kasih

Di kala hujan membasah bumi!

(H4/03/04/2002)

[Back]

 

 

Cinta Remaja

 

154 Jumpa Pertama

Kala pertama di awal waktu

Terucap samar seolah ragu:

'Senang hatiku boleh kenalan,

Terlebih bila boleh berkawan'                        

Lalu terhenti karena bingung

Garuk kepala sebabnya canggung

Apakah lagi dapat diucap?

(H5/04/04/2002)

[Back]

 

 

155 Gencar Bertanya

'Sekolah kamu kelas berapa?

Di mana rumah, nomor berapa?'

Ingin ungkapkan rasa di hati

Tapi ternyata belum berani

Padahal ramah senyumnya sambut

Menggoyah rasa yang kalang-kabut

Betapa manis, cantik sekali!

(H5/04/04/2002)

[Back]

 

 

156 Tanya Berulang

Tanya dijawab tanya kembali

Sudah ditanya diulang lagi

Membuat geli gadis remaja

Sorot matanya tampak jenaka                           

Melihat pipi yang halus lembut

Semakin diri merasa kalut

Akan sukakah dia padaku?

(H5/04/04/2002)

[Back]

 

 

157 Hilang Suara

Pada waktunya tiada tahan

Ingin segera mulai pacaran

Bingung kembali seperti dulu

Duduk terpaku bagaikan gagu       

Seolah tahu gadis bertanya:

'Mengapa terdiam? Ada apa?

Hilang suara makin terdiam!

(H5/04/042002)

[Back]

 

 

158 Suka Padamu

Tubuh menggigil, keringat dingin

Didera rasa hati yang ingin

Sambil berdoa memohon surga

Terucap juga terbata-bata:                             

'Saya merasa suka padamu!

Apakah kamu juga begitu?'

Terlepas beban oleh kalimat!

(H5/04/04/2002)

[Back]

 

 

159 Gayung Bersambut

Tersenyum lembut gadis menatap

Membuat hati ingin meratap

Sudah terpaksa menanggung malu

Terlebih bila dia tak mau

Lalu terdengar membuat suka:

'Sungguhkah tulus yang engkau rasa?'

Ternyata gayung telah bersambut!

(H5/04/04/2002)

[Back]

 

 

160 Masa Pertama

Hidup bagai bertabur permata

Indah di hari-hari pertama

Kesana-sini bersama pergi

Tidak terpisah dua sejoli                                

Bila sehari tidak bertemu

Hatipun susah karena rindu

Rasanya pasti memang berjodoh!

(H5/04/04/2002)

[Back]

 

 

161 Mulai Berbantah

Tapi remaja masih mencari

Jalan hidupnya yang belum pasti

Tambatan hati belum terkira

Di masa muda yang penuh goda    

Walaupun tulus ingin menyayang

Tidaklah ingin hidup dikekang

Lalu akhirnya mulai berbantah!

(H5/04/04/2002)

[Back]

 

 

162 Rasa Cemburu

Suara ketus terdengar geram:

'Kemana kamu pergi semalam?'

Rasanya sulit untuk menjawab

Hati remaja yang sedang kalap                           

Diamnya kata jadi masalah

Dianggap pasti berbuat salah

Cinta ternyata berduri-duri!

(H5/04/04/2002)

[Back]

 

 

163 Tidak Percaya

Ternyata susah jadi lelaki

Untuk bersikap selalu pasti

Sebab jawaban terus ditolak

Oleh tatapan mata yang galak        

Bingung rasanya tak dipercaya

Dianggap orang yang memperdaya

Ternyata cinta penuh kemelut!

(H5/04/04/2002)

[Back]

 

 

164 Putus Akhirnya

Dulunya ingin jumpa selalu

Akhirnya kini mangkir melulu

Hingga murkalah gadis tercinta

Dengan dinginnya mengucap sabda:             

'Sejak sekarang kita berpisah,

Sudah bosan aku mengalah'

Betapa mutlak kata-katanya!

(H5/04/04/2002)

[Back]

 

                     

                      165 Rasa Kecewa

Walau dibujuk bahkan dirayu

Kekasih tak lagi mau tahu

Katanya dengan mata mendelik:

'Pokoknya kita sudahan! Titik!'

Maka terpaksa melangkah pulang

Seperti orang yang kalah perang

Sungguh kecewa telah berakhir!

(H5/04/04/2002)

[Back]

 

 

 

Pasir Buncir

 

166 Guru Engkas

Ki Guru Engkas Kasmawinata

Pandai melucu membuat tawa

Banyak cerita yang menggemparkan

Juga lelucon yang menghebohkan

Jenaka sungguh sikapnya kocak

Seakan memang asli pelawak

Pasti muridnya terhibur senang!

(H6/05/04/2002)

[Back]

 

 

167 Tuan Romadin

Ki Lanceuk bageur nama Romadin

Cerdas akalnya pasti dijamin

Sungguh mengenal berbagai liku

Urusan tanah selalu tahu                                

Di kala buntu tak ada jalan

Celah yang jitu ia temukan

Banyak masalah ia atasi!

(H6/05/04/2002)

[Back]

 

 

168 Kakang Paniyo

Paniyo kecil sangat setia

Sejak dahulu tak pernah alpa

Tetapi kini dalam kemelut

Sering terlihat bagaikan kalut

Tidak terbaca geraknya langkah

Untuk pahami tidaklah mudah

Apa maunya dia sekarang!

(H6/05/04/2002)

[Back]

 

 

169 Arifin Fither

Arifin dulu anak diasuh

Dengan harapan mampu berteguh

Sebagai putra penerus jiwa

Hibar Karuhun warisan lama                           

Tetapi sayang telah memihak

Kepada lawan maka tertolak

Sejarah memang engkau lupakan!

(H6/05/04/2002)

[Back]

 

 

170 Kedua Lurah

Kedua lurah yang terabaikan

Sekarang sudah menjadi kawan

Sehingga jalan untuk berjuang

Semakin kokoh dapat digalang          

Semoga tetap teguh bersaksi

Memberi rasa percaya diri

Jadilah kawan malah sahabat!

(H6/05/04/2002)

[Back]

 

 

Bapak Tercinta

 

171 Di Tepi Jalan

Di Unur Gede jauh di sana

Terbaring jasad bapak tercinta

Di tepi jalan yang dulu sunyi

Ada paritnya mengitar sisi                               

Bersama kawan seperjuangan

Ia terhilang dan dilupakan

Di kala jaman sedang bergolak!

(H7/06/04/2002)

[Back]

 

 

                      172 Di Tengah Malam

Ikut berjuang membela bangsa

Turut bertempur untuk merdeka

Karena ingin membela rakyat

Hidupnya putus berakhir tamat      

Sebagai tokoh barisan tani

Terkena juga hukuman mati

Di tengah malam di Unur Gede!

(H7/06/04/2002)

[Back]

 

 

173 Di Kala Sedih

Istrinya sempat masuk penjara

Untuk sesaat jadi tersangka

Membawa anak yang masih bayi

Sehingga tumbuh sehat teruji                         

Tetapi untung akhirnya bebas

Dari tahanan ia dilepas

Di kala masa prahara usai!

(H7/06/04/2002)

[Back]

 

 

174 Di Kala Susah

Begitu banyak buah kandungan

Tak boleh jadi anak buangan

Berbekal rasa percaya diri

Tantangan hidup kuatkan hati

Supaya kelak bangkit berjaya

Sebagai warga tidak berdosa

Di masa itu beban ditanggung!

(H7/06/04/2002)

[Back]

 

 

175 Di Masa Tua

Anak-anaknya rajin belajar

Lalu bekerja setelah pintar

Setelah mampu untuk menikah

Satu persatu cucu lahirlah                             

Dari prahara wujud bencana

Hidup terjaga nama dibela

Di alam sana bapak tersenyum!

(H7/06/04/2002)

[Back]

 

 

                      176 Di Unur Gede

Berpuluh tahun telah berlalu

Semenjak hidup terpisah dulu

Ke Unur Gede datang mencari

Melepas rasa rindu di hati

Istri dan anak panjatkan doa

Menantu ikut cucu berbangga

Di jaman dulu kakek berjuang!

(H7/06/04/2002)

[Back]

 

 

Kenangan Lama

 

177 Masa Remaja

Di lepas pantai Selatan Jawa

Nusakambangan bagai menjaga

Seberang sini kota Cilacap

Di mana dulu rasa terucap                              

Untuk memandang ke masa depan

Diiring doa penuh harapan

Semoga kita terus bersama!

(H7/06/04/2002)

[Back]

 

 

178 Urung Menyatu 

Demi menjawab panggilan hati

Supaya kelak dapat berbakti

Langkah diturut jalan terpisah

Berbulat tekad untuk sekolah        

Walaupun masih dapat bertemu

Akhirnya hidup urung menyatu

Ternyata kita berpisah jalan!

(H7/06/04/2002)

[Back]

 

 

179 Rasa Beralih

Entah mengapa pada akhirnya

Beralih pula curahan rasa

Pada lainnya ingin memberi

Setelah yakin kepada janji                              

Kenangan lama kota Cilacap

Terasa bagai angin sekejap

Sekarang kita putus hubungan!

(H7/06/04/2002)

[Back]

 

 

180 Ingat Padamu

Menempuh jalan yang cukup panjang

Bertambah umur beda memandang

Nyatanya janji tidak sempurna

Terlalu sering dilanggar alpa

Terkadang rasa sesal di hati

Hantui diri sepanjang hari

Sekarang aku ingat padamu!

(H7/06/04/2002)

[Back]

 

 

Doa Seruan

 

181 Pujangga Alam

Wahai pujangga semesta alam

Yang berbicara siang dan malam

Bagaikan raja memberi titah

Untuk merangkai syair yang indah                  

Agar dunia senyum berseri

Terhibur oleh nyanyian hati

Dengarlah, dengar, doa seruan!

(H7/06/04/2002)

[Back]

 

 

182 Semangat Hidup

Berilah rasa di dalam kata

Nuansa cinta kidung asmara

Nyalakan api di dalam hati

Semangat hidup pemberi arti         

Bangunkan jiwa yang tidur lelap

Agar kembali mampu berharap

Dengarlah, dengar, doa seruan!

(H7/06/04/2002)

[Back]

 

 

183 Kugubah Kidung

Dari padamu wahai pujangga

Akan kugubah kidung semesta

Ketika syair yang tujuh baris

Dengan puisi menyatu manis                          

Dengan Soneta terus bermadah

Bersama syair bebas melangkah

Dengarlah, dengar, doa seruan!

(H7/06/04/2002)

[Back]

 

 

184 Cahaya Alam

Kudengar Zarathustra bersabda

Kala kurenungkan Gatha Yasna

Kini aksara dalam puisi

Ingin kugapai ke lubuk hati            

Sehingga kelak kulihat terang

Menyinar bumi bagaikan bintang

Dengarlah, dengar, doa seruan!

(H2/15/04/2002)

                                  [Back]

 

 

[BeN Poetica [Puisi Rima II]

 

COLDA Air Minum Sehat               COLDA Mineral Spring Water              Sumber Air Pegunungan diproses secara Higienis      *** COLDA ***

 

Air Minum_C O L D A_ Air Minum 

Mineral Drinking Water

Hubungi Customer Service :

Jl. Palmarah Barat No. 353 / Blok B2 Jakarta Selatan

Phone: (62-21) 530 4843, 7062 1108

 Copyright©soneta.org 2004  
 For problems or questions regarding this web contact
[admin@soneta.org] 
Last updated: 11/28/2007