008 Amir Hamzah ( 1911 ) 01 Nyanyian Mesir Purba 02 Nyanyian Syiking 03 Nyanyian Jallaludin El Rumi 04 Nyanyian Farid 05 Nyanyian Kabir I 06 Nyanyian Kabir II 07 Nyanyian Mira Bai 08 Hanyut Aku 09 Mengawan 10 Doa 11 Memuji Dikau 12 Panji Di Hadapanku 13 Kurnia ********************************************************************************************************************************************************************************************
01 Nyanyian Mesir PurbaKurnia kami, hari berbuahkan rahman, Berbungakan suka. Penghulu segala dewa! Marahlah tuan dan lihat. Urap dan menyan kami persembahkan Kusuma dan bakung pedandan leher Dinda tuan intan rupawan, Yang siuman dalam hatimu Yang merangkai pada sisimu. Marilah diri! Gambang dan dendang Merdu mengalun, Hari Duka Telah lenyap, sukacita bertabur ria, Sampai tuan tiba ke benua, yang diam semata-mata Lepaslah tuan dari kami selama-lamanya. Karya Terjemahan
02 Nyanyian Syiking‘Wah!’, kesahnya, ‘kau dengar ayam jantan, ia memanggil?’ ‘Tidak’, jawabnya, ‘Tidak, malam kelam dan tinggi, Bukan itu kokok ayam, kekasihku’ ‘Pintaku, bangkit, singkapkan tabir Di tepi, dan tanya olehmu kan langit, sahabatku’ Lompat ia: ‘Celaka kita! Bintang pagi. Pucat meningkat dari kaki langit’ ‘Merah fajar’ – bisiknya takut, ‘Sekarang mesti engkau pergi!’ ‘Bagaimana aku menanggungnya?’ ‘Hai, Sebelumnya engkau pergi, balaskan setan itu, Kejam ia menceraikan kita!’ ‘Ambil busurmu, tujukan panah ini Karya Terjemahan Ayam jantan hatinya tepati!’
03 Nyanyian Jallaludin El RumiJangan disalahkan dunia karena belenggumu, Sebab banyakan mawar dari duri. Jangan disebutkan dunia ini penjara, Karena inginmu itulah yang membangunkan duka. Jangan pula tanyakan penghabisan rahasia, Satu dalam dua, atau baik, tau jahat! Usaha pula katakan kasih meninggalkan tuan, Jangan ia dicari di pekan dan jalan! Ta’ guna takutkan siksa mati, Sebab takut itulah mendatangkan sengsara, Janganlah buru kijang cita indria, Kalau terburu singa sesalan. Jangan hatiku, mengekang diri, Jadi ta’ usah malaikat menolong engkau. Karya Terjemahan [Back]
04 Nyanyian FaridFarid, jika manusia memukul senda Jangan memukul pula Cium kakinya Lalu … Dan lupa … Keduanya … Yang menjadikan terkandung Dalam segala yang dijadikan Dan yang dijadikan Tersimpul dalam yang menjadikan Bagaimana engkau berani Ya Farid, Menyumpah sesuatu yang buruk? Karya Terjemahan Tiada ada melainkan Ia.
05 Nyanyian Kabir IHatiku, hatiku, Sukma segala sukma Hatiku, hatiku, Guru segala guru Telah hampir Bangkit, bangkit hatiku dan kucup KakiNya Kaki Guru maha-raya, Supaya detikan cintamu Memenuhi seluruh Kaki Gurumu Tuan tidur, dari abad ke abad Jagalah, hatiku, jaga Pada subuh sentosa, Jika embun menyejuk rumput. Hendakkah tuan selalu bisu selaku batu, Hatiku, aduh hatiku? Karya Terjemahan
06 Nyanyian Kabir IICeritakan, undanku, kabaranmu kawi Dari mana datangmu? Kemana terbangmu? Di mana engkau berhenti melipat sayapmu? Pada siapa engkau nyanyikan laguan malammu? Kalau nanti pagi-pagi engkau terjaga, undanku Terbang, melayang tinggi dan ikut jalanku. Ikutkan daku ke negeri sana, mana susah dan was-was Tiada mungkin bernafas, dan maut, Malaikat hitam, tiada lagi memberi negeri Musim cuaca lagi membunga di pucuk kayu Harum panas ditebar angin sepoi: Aku di dalamnya, ia di dalamku. Kumbang hatiku menyelam dalam bunga Karya Terjemahan Dan tiada berhasrat lagi
07 Nyanyian Mira - BaiPada kala aku mengambil air dari sungai Yamuna, Dipandang Krishna senda Dengan mataNya yang raya Tertawa bertanya Kendiku telungkup aku pun lalu Penuh heran dan ragu Semenjak itu semayam Ia dalam kalbuku Krishna berambut ikal. Hentikan segala mantera, jauhkan penawar semua Lepaskan aku dari akar dan jamu! Bawakan daku Krishna berambut hitam Bawakan daku Krishna bermata cuaca! Alisnya, busurnya – Pandangnya, panahnya Dibidiknya – lepaskan – tepat! Karya Terjemahan
08 Hanyut AkuHanyut aku, kekasihku! Hanyut aku! Ulurkan tanganmu, tolong aku. Sunyinya sekelilingku! Tiada suara kasihan, tiada angin mendingin hati, Tiada air menolak ngelak. Dahagaku kasihmu, hauskan bisikmu, Mati aku, sebabkan diammu. Langit menyerkap, air berlepas tangan, Aku tenggelam. Tenggelam dalam malam. Air di atas mendidih keras. Bumi di bawah menolak keatas. Mati aku, kekasihku, mati aku!
09 MengawanRengang aku daripadaku, mengikut kawalku mengawan naik. Mewajah kebawah, terlentang aku, lemah lunak, Kotor terhampar, paduan benda empat perkara. Datang pikiran membentang kenang, Membunga cahaya cuaca lampau, Menjadi terang mengilau kaca. Lewat lambat aku dan dia, ria tertawa, bersedih suka, Berkasih pedih, bagai merpati bersambut mulut. Tersenyum sukma, kasihan serta. Benda mencintai benda … Naik aku mengawan rahman, mengikut kawalku membawa warta. Kuat, sayapku kuat, bawakan aku, biar sampai membidai-belai Celah tersentuh, di kursi kesturi.
10 DoaDengan apakah kubandingkan pertemuan kita, kekasihku? Dengan senja samar sepoi, Pada masa purnama meningkat naik, Setelah menghalaukan panas terik. Angin malam menghembus lemah, Menyejuk badan, melambung rasa menanyang pikir, Membawa angan ke bawah kursimu Hatiku terang menerima katamu, Bagai bintang memasang lilinnya. Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, Bagai sedap-malam menyirak kelopak. Aduh kekasihku, isi hatiku dengan katamu, penuhi dadaku Dengan cahayamu, biar bersinar mataku sendu, Biar berbinar gelakku rayu!
11 Memuji DikauKalau aku memuji Dikau, Dengan mulut tertutup, mata tertutup, Sujudlah segalaku, diam terbelam, Di dalam kalam asmara raya. Turun kekasihmu, Mendapatkan daku duduk bersepi, sunyi sendiri. Dikucupnya bibirku, dipautnya bahuku, Digantunginya leherku, hasratkan suara sayang semata. Selagi hati bernyanyi, sepanjang sujud semua segala, Bertindih ia pada pahaku, meminum ia akan suaraku … Dan, iapun melayang pulang, Semata cahaya, Lidah api dilingkung kaca, Menuju restu, sempana sentosa.
12 Panji Di HadapankuKau kibarkan panji di hadapanku. Hijau jernih di ampu tongkat mutu-mutiara. Di kananku berjalan, mengiring perlahan, Ridlamu rata, dua sebaya, Putih-putih, penuh melimpah, kasih persih. Gelap-gelap kami berempat, menunggu-nunggu, Mendengar-dengar, suara sayang, panggilan-panjang, Jatuh terjatuh, melayang-layang, Gelap-gelap kami berempat, meminta-minta, Memohon-mohon, moga terbuka selimut kabut, Pembungkus halus, nokta utama, Jika nokta terbuka-raya, jika kabut tersingkap semua Cahaya ridla mengilau kedalam Nur rindu memancar keluar. 13 KurniaKau kurniai aku, Kelereng kaca cerah cuaca, Hikmat raya tersembunyi dalamnya, Jua bahaya dikandung kurnia, jampi kau beri, Menundukkan kepala naga angkara. Kelereng kaca kilauan kasih, Menunjukkan daku tulisan tanganMu Memaksa sukmaku bersorak raya Melapangkan dadaku, senantiasa sentosa Sebab kelereng guli riwarni, Kuketahui langit tinggi berdiri, Tanah rendah membukit datar. Kutilik diriku, dua sifat mesra satu: Melangit tinggi, membumi keji.
|
Copyright©soneta.org 2004
|