

022 Chairil Anwar ( 1922 )
 
01 Tuti Artic  02 Taman  03 Kenangan  04 Sebuah Kamar 05 Senja di Pelabuhan Kecil  06 Aku Berada Kembali
***************************************************************************************************************************
 
 
Antara bahagia sekarang dan nanti jurang ternganga,
Adikku yang lagi keenakan menjilat es artic;
Sore ini kau cintaku, kuhiasi dengan susu + coca cola
Isteriku dalam latihan: kita hentikan jam berdetik.
Kau pintar benar bercium, ada goresan tinggal    terasa
– ketika kita bersepeda kuantar kau pulang –
Panas darahmu, sungguh lekas kau jadikan dara,
Mimpi tua bangka ke langit menjulang.
Pilihanmu saban hari menjemput, saban kali bertukar;
Besok kita berselisih jalan, tidak kenal tahu:
Sorga hanya permainan sebentar.
Aku juga seperti kau, semua lekas berlalu
Aku dan Tuti + Greet + Amoi … hati terlantar,
Cinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar.
                                                                     [Back]
 
 
Taman punya kita berdua
Tak lebar luas, kecil saja
Satu tak kehilangan lain dalamnya.
Bagi kau dan aku cukuplah
Taman kembangnya tak berpuluh warna
Padang rumputnya tak berbanding permadani
Halus lembut dipijak kaki.
Bagi kita bukan halangan.
Karena
Dalam taman punya berdua
Kau kembang, aku kumbang
Aku kumbang, kau kembang.
Kecil, penuh surya taman kita
Tempat merengut dari dunia manusia 
 
 
Kadang 
Di antara jeriji itu-itu saja
Mereksmi memberi warna
Benda usang dilupa
Ah! Tercebar rasanya diri
Membumbung tinggi atas kini
Sejenak
Saja. Halus rapuh ini jalinan kenang
Hancur hilang belum dipegang
Terhentak
Kembali di itu-itu saja
Jiwa bertanya: Dari buah
Hidup kan banyakkah jatuh ke tanah?                                     Untuk Karinah 
Menyelubung nyesak penyesalan pernah menyia-nyia         Moordjono 
       [Back]
 
 
Sebuah jendela menyerahkan kamar ini
Pada dunia. Bulan yang menyinar ke dalam
Mau lebih banyak tahu.
Sudah lima anak bernyawa disini,
Aku salah satu!
Ibuku tertidur dalam tersedu,
Keramaian penjara sepi selalu,
Bapaku sendiri terbaring jemu
Matanya menatap orang tersalib di batu!
Sekeliling dunia bunuh diri!
Aku minta adik lagi pada
Ibu dan bapak, karena mereka berada
Di luar hitungan: Kamar begini,
3x4 m, terlalu sempit buat meniup nyawa!
 
 
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Di antara gudang, rumah tua, pada cerita
Tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak 
Elang
Menyinggung muram, desir hari lari berenang
Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
Dan kini tanah dan air tidur hilang ombak
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
Menyisir semenanjung, masih pengap harap
Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
Dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa                      
Terdekap                                                                                         Buat Sri Ajati
                                                                           [Back]
 
 
Aku berada kembali. Banyak yang asing:
Air mengalir tukar warna, kapal-kapal, elang-elang
Serta mega yang bersandar pada khatulistiwa lain           
Rasa laut telah berubah dan kupunya wajah
Juga disinari matari
Lain 
Hanya 
Kelenggangan tinggal tetap saja
Lebih lengang aku di kelak-kelok jalan;
Lebih lenggang pula ketika berada antara
Yang mengharap dan yang melepas 
Telinga kiri masih berpaling
Ditarik gelisah yang sebentar-sebentar seterang
Guruh
    [Back]
 
 
   
   
   
   
[Soneta Nusantara] - [Nusantara Sonnets]