

029 Hartono Andangdjaja ( 1930 ) 
 
 
***************************************************************************************************************************
 
Ruap-ruap lembut dari bumi
Yang meninggi
Ke langit, menumpuk diri
Lamunan angin yang sunyi
Meraut dan membentuk mereka jadi
Beragam wajah mimpi
Serupa domba 
Serupa angsa
Serupa layar yang berabad-abad mengelana
Mencari cakrawala
Dan kadang juga
Serupa wajah putih jelita
Yang ramah menyapa
Menjenguk di jendela
 
 
Kuasa sunyi yang selalu bekerja
Menggerakkan tangan-tangan semesta
Membangun istana teramat anggun
Di ujung tangkai di belukar daun
Musim memberi rias dinding-dindingnya
Dengan sapuan-sapuan warna
Dan matahari membuatnya bercahya
Dengan kristal-kristal sinarnya
Kasih putih yang berdiam di sana
Menulis sajak-sajak cinta
Kepada dunia
Sementara angin, burung dan serangga
Yang sibuk bekerja
Adalah duta-duta utusannya
 
 
Di luar kota, bebas dari jam-jam kerja
Kusambut surya menebar sutera
Padang-padang mengilau dalam warna
Pagi yang membunga
Di sini kembali menggenang tenaga
Diri yang aus karena debu di kota
Di sini burung-burung pun sahabat setia
Mereka datang dari langit utara
Burung-burung yang setia
Jika pagi merah membunga
Di sinilah bumi kembali remaja
Dan langit dan mega memberiku harga
Lebih dari seorang pencari rizki
Yang hilang dalam deru sehari-hari
 
 
Siapa kau, mengikut daku dari bukit ke bukit
Tidakkah tahu, dari puncak ini tinggal nampak gugusan alit
Rumah yang dulu berkilau
Kebun yang dulu menghijau
Pulanglah. Jangan lagi kau bisikkan suatu kisah
Tentang dua anak berlarian di kebun rumah
Menangkap nyanyi indah
Memburu mimpi putih di pagi merah
Engkau yang asing bagiku
Tidakkah kau tahu, di bukit lain itu
Biru puncak memanggil daku
Pulanglah. Bila canang bertalu
Di kotamu engkau ditunggu
Rindu ibu dan raih kekasihmu
                                                               [Back]
 
[Soneta Nusantara] - [Nusantara Sonnets]