Esther Gloria Noritha Telaumbanua Pormes
01 Ananda 02 Di Ketinggian 03 Pulang 04 Tak Sendiri Lagi
05. Menanti 06. Gadis Kecil 07. Kisah Pilu Direruntuhan 08. Bangun Banua 09. Tentang Dia
****************************************************************************************************
Tentram hati kala mendengar
Ananda bermain biola
Lincah jemari berbinar mata
Nada tergores digaris senar
Satu, dua, tiga lagu digelar
Jangan henti jemu tak terasa
Hilanglah susah nyaman dirasa
Pun raga tenang bergemar
Bow digesek melantun syahdu
Lembutnya bak riak gelombang
Senandung indah dihati melekat ( Petrarca )
Terharu hati ibunda berseru ( Kalibata )
Mengiring lagu doa ditembang ( Jakarta )
Hidup ananda menjadi berkat ( 20/12/2004 )
Di ketinggian aku memandang
Di biru langit di hijau ladang
Terpana hebat alam semesta
Kelu bibir ini tanpa kata
Hati bergetar ya sang pencipta
Melafas puji tak terkira
Setitik debu aku hanyalah
Angin berhembus tiadalah
Aku bagaikan setetes air
Di curah hujan yang trus mengalir
( Sonetaria ) Di bukit hijau menjulang tinggi
( Brastagi ) Alangkah dekat aku padaMu
( Sumatra Utara ) Kuulur tangan ingin menggapai
( 26/12/2004 ) WajahMu jangan berpaling dariku
03 Pulang
Sudah puluhan tahun berselang
Kini kaki terjejak kembali
Ketanah leluhur asal diri
Nestapa pulau mengajak pulang
Riwayat ayah menggaris hidup
Gemerincing kota bawa ke seb’rang
Namun pesona pulau tak lekang
Rindu tertambat pantang meredup
Bagi ayah tetes airmataku
Di kala angin menyapa raga
Bagai berbisik menyebut nama ( Petrarca A )
Selamat datang wahai anakku' ( Gunung Sitoli )
Ke pulau ini membawa cita ( Nias )
Tuk masa depan nias tercinta ( 21/02/2005 )
04 Tak Sendiri Lagi
Di pantai barat pulauku sepi
Nun dilautan biru terisolir
Bagai gadis molek menyendiri
Karena cinta tak pernah mampir
Nyiur melambai bak ingin digapai
Rindu dicinta menyanyi syahdu
Dengarlah bisikan gadis pilu
Di pantai putih pinta disemai
Jangan sepi sendiri, oh gadis
Mari mendekat dikau dipinang
( Sonetaria ) Bersolek segera perjaka datang
( Gunung Sitoli ) Tebar pesona terpendam manis
( Nias ) Bangkit gairah geliatkan girang
( 22/02/2005 ) Hidup baru di hati menjelang
ANANDA (2)
05. MENANTI
Menoleh sejenak ke masa lalu
saat ananda belum terlahir
seiring daya doa mengalir
pinta dibibir berpantang kelu
Empat tahunan menuju lima
harap mujizat berlutut kaki
tak kenal lelah dalam menanti
ajar pasrah siap menerima
Kala terjawab doa dan pinta
hanya mampu berterima kasih
bukti berwujud lahir ananda
sempurna diri dan cintakasih
adalah puja syukur ibunda
dipersembahkan bagi Almasih
[Back]
06. GADIS KECIL
Menatap gadis kecil rupawan
berkulit putih berambut panjang
tak pernah jemu bila memandang
wajah lembut berhias senyuman
Mata bening menyirat cerita
tak disangka usia sembilan
dalam tingkah dewasa terkesan
jenaka gaya santun berkata
Dulu dipapah kini berjalan
mula terbata gerak dan kata
sekarang bertumbuh cepat nian ( Sonetaria )
pikir dan rasa bijak dinyata ( Kalibata )
tertanam harapan demikian ( Jakarta )
hidup berbunga cita dan cinta ( 13/2/2005/19:20 )
[Back]
07. KISAH PILU DIRERUNTUHAN
Hatiku remuk di reruntuhan
tanpa ada yang mampu menyentuh
bersama tertanam di gemuruh
terjepit kayu dan bebatuan
'Pegang tanganku', rintih kudengar
'Papa haus', hatuku menangis
Hari ketiga nafasnya habis
Tanpa doa dan peluk menghantar
Selamat jalan buah hatiku
Ampuni tak mampu memelukmu
Ah.. bila ini waktu berpulang ( Sonetaria )
Haruskah kejam, perih dijelang ? ( Gunung Sitoli )
Bagaimana kan jalani hidup? ( Nias )
Hatiku hilang, hidupku redup. ( 10/04/2005 )
[Back]
08. BANGUN BANUA
Di pulau ini aku berdiri
dari kota hampiri banua
Panggilan jiwa kuat terasa
sambil menyusur riwayat diri
Di tanah kelahiran ayahanda
rasa asing walau sendiri
jaminan dikandung nama diri
pemilik pulau akupun juga
Bahasa bukan jadi halangan
hati bicara menembus batas
pun budaya mungkin tak berbekas ( Sonetaria )
namun gelora tak tertahankan ( Gunung Sitoli )
bangun benua janji diretas ( Nias )
nyata citta ayahanda luhur ( 05/2005 )
[Back]
09. TENTANG DIA
Di sebuah pertemuan waktu
adalah mula cerita terajut
pikir seiring rasa bersambut
lalu diri merasa menyatu
Bagai suara di dinding sepi
ketuk rindu nan lama terbenam
hangatkan lagi mimpi memburam
gelitik hasrat dulu menepi
Tentang dia, aku bercerita
syairnya nyanyian kehidupan
meliuk menembus batas kata ( Sonetaria )
karena kurindu kini kunyata ( di Gereja St. Fr. Asisi )
walaupun tak kunjung terselami ( 01/05/2006 )
janganlah pernah menyepi kata ( 01/05/2006 )
[Back]