10 Riwayat Zending

***************************************************************************************************************************

   

   

   

   

   

   

 

 

Pendahuluan

Di remang pagi nan senyap tenteram

Sewaktu merdu nyanyi para unggas mulai terdengar

dan bisikan dedauan terhembus angin

bagaikan mengusap bumi

Ia yang telah derita dan mati di kehinaan

bangkit dengan kuasa angung, penuh kemuliaan

DikalahkanNya maut, diberiNya kehidupan

pada mereka yang tatap wajahNya

dengan rasa bahagia dan air mata haru

TanganNya yang bertanda luka

terangkat perlahan, membelai memberkati

Dengan lembut diajarNya para muridNya

dan pada mereka diberiNya perintah agung:

 

Akulah Mesias yang harus menderita dan

bangkit dari antara orang mati pada hari

yang ketiga; dalam namaKu berita pertobatan

dan pengampunan dosa harus disampaikan

kepada seluruh bangsa, mulai dari Yerusalem                            

(Injil Lukas)

 

Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah

Injil kepada segala makhluk                                                             

(Injil Markus)

 

Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu

Senantiasa kepada akhir jaman                                                        

(Injil Matius)

 

Sewaktu tubuhNya telah terangkat

dengan iman penuh harap dan kasih

para rasul tengadah menerima anugerah Parakletos

Serentak terasa kuat kuasa dalam hati

dan kehadiran Dia, Tuhan yang mulia

Penuh percaya mereka nyatakan Injil

Pada Yeruzalem dan Dunia

Bahkan seluruh Alam Semesta

 

Dengarlah, bertobatlah dan terima Dia

Yang telah kurbankan diriNya bagi manusia

 

Ajaib nampak ceria semua makhluk

terbebas belenggu, terlepas beban berat

bagi semua yang sambut kabar gembira

satu demi satu berdiri jemaat Tuhan

di Yeruzalem, Damaskus dan Atiokhia

di Efesus, Smirna, Pergamus, Tiahara,

Sardis, Filadelfia dan Laodikea

Di mana-mana, di kota, desa dan lembah

terkumpul  oleh kasihNya, nan menyala membakar

para rasul dan penerus-penerusnya jelajahi muka bumi

Dari benua Eropa Injil seberangi lautan

menuju Amerika, Afrika, Australia, asia

dan kepulauan Nusantara

Benih tersebar, benih yang tumbuh

benih jemaat, Gereja Tuhan

 

Gloria in excelsis Deo!

[Back]

 

 

Di Tanah Jawa

Di permulaan abad masehi ke 19, tibalah ajaran Sang Kristus

yang luhur agung penuh cinta dan harapan

Datang ke desa dan kota tuk tawarkan jalan selamat

bagi banyak jiwa yang kehausan, dilanda kering kemarau rokhani

satu dua datang menghadap, tuk dengarkan suara para penginjil

dan terima kasih Tuhan Yang Agung

Di sana-sini jemaat-jemaat kecil berdiri, agungkan nama Sang Penebus

tumbuh mekar berkembang diairi ujaran sabdaNya

Sesungguhnya pada Nusantara Putra Damai telah datang

berupa wahyu sejati yang maha kudus

Dialah kekasih umat manusia

Jalan, Hidup dan Kebenaran

Dia yang telah bersabda:

 

Ingsun iki Sang Ha lan Sang Nga,

kang Murwani lan kang Mungkasi,

kang Wiwitan lan kang Wekasan

………………………………………………………

Saestu binerkahan nusa punika

Kaliyan kanugrahan karaharjaning kraton swarga

Ingkang kebak kalubering sih-tresna

Amargi Gusti ingkang maha suci sampun tumedak

Bade manggihi putra-putranipun

Lan maringi prajanjian suci

 

Kamulyaanipun maringi pepadang siti pariden

Lan ilining toya kang tumuju dumateng segara

Kabingahan ingkang sumarak ngebaki bumi pusaka

Donya lan saisinipun sami ngidung lan sami sujud

Dumateng Allah Sang Rama ingkang langgeng

 

Rungookna He Nuswantara,

Gusti iku Allah kita, Gusti mung piyambak!

………………………………………………………………………………….

Sungguh terberkati pulau ini dengan anugerah

keagungan surga yang penuh limpah kasih

karena Ia yang kudus telah turun

tuk jumpai anak-anakNya

dan pada mereka berikan perjanjian suci

kemuliaanNya sinari dataran tinggi pegunungan

dan aliran tenang puluan sungai

kesukaan nan ceria penuhi tanah pusaka

alam semesta nyanyikan pujian syukur menyembah

Tuhan Allah, Bapa yang abadi

 

Dengarlah O Nusantara,

Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa!

………………………………………………………

[Back]

 

Kala itu pulau tercinta bernaung di bawah panji asing

dimasa rakyatnya terbelengu dan terjajah

tertidur nyeyak di kelam sunyi kebodohan

terbuai janji dan lindungan bangsa dari Utara

Masa agung yang silam sedang terlupakan

jaman kemajuan masihlah dalam harapan

Namun, suara gamelan nan mendayu

sejarah lama nan tak pernah binasa

dan semangat budaya bangsa

tetap hidupi jiwa mereka

Bangsa asing yang berkuasa itu

dirikan tempat-tempat ibadah mereka

Doa, nyanyian dan ajaran imam-imamnya

penuhi udara pagi, sekali dalam tujuh hari

Amat merdu dan penuh kesan

Terdengar upacara ibadah mereka

di gedung gereja di Jakarta (1618), Semarang (1755)

Surabaya, Cirebon dan Banten (1785)

 

Nampak pula di mata para penduduk

Orang-orang Nusantara yang memeluk iman itu

Beribadah, menyanyi dan menyembah

Allah nan hidup, seraya membuka lembaran Alkitab

ya, di Depok dan Tugu

benih-benih pertama telah tumbuh

menjadi saksi abadi, akan Dia yang dibangkitkan

[Back]

 

Kisah Guru Injil C.L. Coolen

Ayahanda Coolen adalah seorang Belanda

yang datang di Nusantara

tuk mengadu nasib, mencari untung

Ibunda Coolen turunan wangsa Mataram

yang mendidik putranya untuk cintai

adat, bahasa dan budaya Jawa

Coolen mulai menetap di Ngoro tahun 1827

 

Di sana dilaksanakan olehnya amanat agung

untuk beritakan Injil dan kasih Kristus

Dikumpulkannya para murid di pendopo tiap senja

untuk dengarkan ajaran nan kudus mulia

melalui tembang dan cerita wayang kulit

Tertarik terpesona mereka akan agama nan murni

Tatala Coolen berkata mewartakan:

 

Ilmu Kristenku berasal dari Allah

dan hakekatnya itulah ilmu sejati

 

Setiap Minggu pagi berkumpul penduduk Ngoro

untuk berbakti memuji Gusti Pangeran Dumadi

Bersama mereka ucapkan ketiga rapal suci

dengan iman teguh akan ajaran Sang Guru

Coolen memimpin ibadah jemaat

dengan Alkitab terbuka di tangan

dan selalulah ia katakan:

 

Inilah daya-daya susila yang dapat dimiliki

Dengan menerima ajaran nabi Yesus      

 

Sesudah jemaat Ngoro tumbuh dan berkembang

diangkat  Coolen seorang penatua jemaat

dan Kyai penghulu guru agama

Terutama dari para murid sang guru Injil

Adalah Kyai Kunti, Abisai Ditotruno dan

Yakobus Singotruno, seorang dalang yang cakap

Mereka kelaklah yang teruskan karya penyelamatan

 

Seorang musafir di pengembaraan kerokhaniannya

terkadang datang  di pendopo desa Ngoro

minta kepada penatua pemelihara iman

untuk diterima dalam hidup jemaat

agar diterimanya damai yang nampak indah

diamalkan dan dianut di desa Ngoro

Maka kata sang Musafir:

 

Kyai, ingin kupeluk ajaran Sang Kristus

yang nampak bawakan kedamaian

bagi hidup para pemeluknya

rukun, sentosa, aman dan tentram terasa

hidup manusia di desa Ngoro

 

Akankah saudara lakukan adat Kristen

dan hadiri kebaktian hari Minggu

siapkah saudara untuk datang di kumpulan senja

dan lagi belajar agama pada Kyai penghulu

 

Sungguh Kyai, akan kuterima semua

ujaran, pantang, perintah dan perbuatan

yang diajarkan dan dijunjung hormat

di desa Ngoro, tempat damai ini

 

Setelah diucapkan janji setia dan kesanggupan

Oleh ia yang dahaga akan air rokhani

dibawalah ia kepada Coolen

yang akan bertanya perihal kesungguhan hati

Si Musafir tak kan terima air suci baptisan

tak pula disambutnya Sang Gusti dalam perjamuan kudus

Namun namanya akan tertulis, di buku jemaat Ngoro

 

Coolen hamba Kristus amatlah bijak

dalam sajikan ajaran Tuhannya

selalu dihampirinya jiwa-jiwa yang haus

dan dengan percakapan halus dan akrab

dibimbingnya mereka pada jalan selamat

Pada suatu senja di pendopo rumahnya

duduk Coolen dan Trunodongso,

berkata Trunodongso:

 

Jahat terlalu masa mudaku

penuh kekerasan dan rasa benci

kerapkali aku merampok dan mencuri

pernah pula tanganku merenggut jiwa manusia

Tetapi sekarang tinggal dengan tuan

terasa tentram aman hidupku

 

Dengarlah Trunodongso,

perbuatan keji tak disukai Tuhan

mereka yang jahatpun dimurkai kuasaNya

Namun, untuk segala perbuatanmu

selalu tersedia sebuah kesembuhan

Hingga kelak engkau tak ditimpa murkaNya

dan kesucianpun liputi dirimu

 

Apakah kesembuhan itu bapak Coolen

beritahukan kepadaku

 

Amat halus sifat penyembuhan itu

dan harganyapun mahal,

tak kan terbeli oleh harta dunia

dapat kusamakan ia dengan

sebuah perkataan

yang penuh keluhuran budi dharma

namanya ialah ajaran Kristus

 

Agama Kristus yang Coolen ajarkan

menyebar pula keluar desa Ngoro

Bahkan sebelum tahun 1835

terdapat para pengikut Coolen di Wiung

Demikianlah ternama padepokan desa Ngoro

dan pribadi Coolenpun dihormati di banyak tempat

oleh karena damai kasih agamanya

 

Setia dan taat penduduk Ngoro kepada Coolen

bagi mereka ia bapa yang melindungi

seperti tatkala gunung Kelud meletus

menghambur lahar panas yang mengalir deras

Takut gemetar hati rakyat Ngoro

Ke rumah pemimpinnya mereka berlari berbondong

Di sana Coolen berdiri dan katanya pada mereka:

 

Berlututlah anak-anakKu berlututlah!

Berdoalah bersama-sama aku kepada Tuhan

Ngoro tidak akan binasa!

 

Iman dan harap akan Tuhan selamatkan Ngoro

Di dengar oleh Bapa doa-doa hambaNya

dan dari bahaya api desa itu terhindar

 

Beberapa tahun berselang

setelah pertengahan abad masehi ke 19

wafat Coolen dalam usia 98 tahun

dimakamkan ia oleh murid-muridnya yang bersedih

di Ngoro tempat Coolen hidupkan obor Injil

yang pertama menyala terang

bagi wilayah Jawadwipa sebelah Timur

[Back]

 

 

Kisah Para Murid Coolen

Berdekatan dengan kota pelabuhan Surabaya

terletak desa Wiung tempat pak Dasimah menetap

Seorang Modin ia, yang taat perintah agamanya

dan selalu dalami hal rokhani

Bersama Kyai Midah, seorang pembuat sarung keris

            Suku Madura

dan pak Sadimah serta kawan-kawannya

Samidah bincangkan hal-hal agama

 

Suatu hari di Surabaya, terselenggara pameran ternak

Di sana Kyai Midah bertemu seorang wanita penjual buku

yang paksa ia terima buku kecil

berisikan ajaran mahakudus

di Wiung pak samidah membacakan

pada kumpulannya kalimat pertama kitab itu

yang demikian bunyinya:

 

Wiwitane Injile Yesus Kristus, Putrane Allah

 

Demikianlah kumpulan di Wiung mendengar

ajaran baru yang lalu mereka cakapkan bersama

 

Suatu hari di pesta kawin di Wonokali

Sadimah mendengar Kyai Kunti mengajarkan

rapal baru bernama Pengakuan Iman Rasuli

Terdengar serupa isi doa itu dengan isi kitab kecil

Bagi Sadimah, yang lalu beritahkan kawan-kawannya

 

Bersama mereka datangi Kyai Kunti

yang lalu meminta mereka pergi ke Ngoro

untuk bertemu Coolen dan minta pengajaran

Suatu hari Samidah disertai sepuluh kawannya

berjalan kaki sehari lebih menuju Ngoro

di sana bertemu mereka dengan Coolen, yang terheran bertanya:

 

Mencari apakah saudara-saudara di Ngoro?

Apakah tanah dan pekerjaan yang engkau semua

kehendaki?

 

Maka jawab Samidah:

 

Tidak tuan, bukan itu yang kami cari

kami tiba tuk dapatkan toya wening

sebab telah sampai dipendengaran kami

bahwa tuanlah pemiliknya

 

Atas permintaan Coolen, esoknya mereka ia bawa

ke sebuah sungai kecil di desa itu

lalu Coolen menunjuk dan berkata:

 

Lihatlah sungai kecil di sana pak Samidah

itulah air yang terjernih di Ngoro

lebih jernih lagi tidaklah ada

 

Memang jernih air itu tampaknya

            namun tidaklah hati kami terpuaskan olehnya

            kami inginkan air sejuk penyegar jiwa

            agama termurni nan baik sifatnya

            inilah harap kami, agar tuan mengajarkannya

 

Maka tinggal orang-orang Wiung di Ngoro

sepuluh hari lamanya tuk diajar

oleh Kyai Kunti, Ditotruno dan Singotruno

dihadiri mereka kebaktian jemaat Kristus

dan kumpulan senja di pendopo rumah Coolen

dengan gairah dahaga jiwa

 

Sekembalinya mereka di desa Wiung

diamalkan dan dipegang teguh ajaran Kristus

dan dihidupkan hubungan dengan Coolen

yang ajar mereka ketiga rapal suci

semenjak tahun 1835

eratlah persaudaraan antara Ngoro dan Wiung

 

Setia pula mereka di Wiung

menjalankan amanat agung Kristus

untuk kabarkan warta gembira bagi manusia

Seperti yang pak Dasimah telah lakukan

dalam percakapannya dengan dalang Kunto

seusai pertunjukkan wayang di desa Karungan

waktu itu dalang Kunto berkata:

 

Ingin sekali aku berkunjung ke desa saudara

untuk adakan pertunjukan wayang

berbagai lakon tua dan ternama

 

Tentu akan kundang pak Kunto ke desa kami

tapi, adakah saudara lakon yang tertinggi

penuh pesona dan bawakan kebahagiaan

 

Bagiku yang tertinggi adalah lakon Batara Guru

yang penuh pengajaran luhur

dan kisahkan kepahlawanan Ksatria pandawa

 

Sungguh benar pandang pak Kunto

namun yang lebih tinggi masihlah ada

lebih luhur pula dan lebih kebijaksanaannya

Karena Ia yang namakan dirinya Guru

nyatanya masih ada di bawah Sang Rama

Bukankah karena berkah Sang Rama

Ia dapat menjadi baik

 

Pak Dasimah, ajarkan aku lebih banyak lagi

 

Dengarlah pak Kunto:

Aku percaya kepada Allah, Bapa

Yang maha Kuasa, Pencipta langit

Dan bumi … (pengakuan Iman Rasuli)

 

Tertarik dalang Kunto akan ajaran

yang nampak penuh kasih dan sentuh jiwanya

Maka pergi ia bertamu ke desa Wiung

dan disana belajar ilmu yang tertinggi

Melalui dalang Kunto ajaran suci tersebar

Diantar wayang ke sanubari banyak orang

Dan di hati merekalah sabda-sabda Tuhan tertanam

 

Kisah Guru Injil Emde

Seorang bangsa Jerman bernama Emde

menetap dan bekerja di Surabaya

oleh karena kesaksian Kam, penginjil Maluku

ketika singgah di kota pelabuhan itu

ia dirikan perkumpulan orang-orang saleh Surabaya

dengan sepuluh kawan dan kerabat tuk bersaksi

muliakan nama Kristus dan keselamatan Injil

 

Kelompok Emde menjual buku

agar sampai nama Kristus dengan membaca

sering Emde dicaci maki, bahkan pernah dipenjara

karena pengabdiannya bagi Kristus

Pada tanggal 12/12/1843,

35 orang Jawa datang menghadap

pada Tuhan dalam pemandian suci di Gereja Protestan

kala itulah bibit tersebar mekar tumbuh

 

Pada tahun masehi 1845

220 orang sudah menerima ajaran Sang Penebus

Dari merekalah kelak berkembang

Ksatria-ksatria Tuhan, para penginjil pribumi

Oleh didikan Emde mereka mengerti

arti penebusan dosa dan makna Alkitab

yang lalu mereka wartakan ke berbagai tempat

[Back]

 

 

Kisah Jemaat Mojowarno

Berdoalah untuk keselamatan Yeruzalem

            Biarlah oran-orang yang mencintaimu

            mendapat sentosa

 

            Biarlah kesejahteraan ada di lingkungan

Tembokmu, dan sentosa di dalam purimu

 

Di tanah milik Gûnsch di Sidoarjo

berdiri pula kumpulan orang-orang beriman

Dipimpin oleh Matius Niep dan YaKobus Singotruno

seorang dalang yang cakap, murid Coolen

Bersama Abisai Ditotruno, penginjil iman

Mereka dirikan desa Kristen Mojowarno

Ibu jemaat dan benteng iman di Jawadwipa

 

Hutan yang dulu angker ditakuti

kini menjadi sebuah desa oleh usaha Ditotruno

Dari sanalah terang Tuhan memancar gemilang

Menyuarakan damai dan selamat sejahtera

Di sana naik doa ke hadapan Bapa Abadi

yang karena kasihNya telah tetapkan

Mojowarno sebagai YeruzalemNya

 

Mojowano, banyak sudah orang tiba di sana

untuk menerima Kristus

dan nyatakan kasih luhur pada sesama

 

Kisah Guru Injil Paulus Tosari

Seorang Madura bernama kecil Kasan

dirundung malang masa mudanya

terjatuh ia dalam lembah hina perjudian

ditinggal pula ia oleh istrinya

Merana ia memulai pengembaraannya

hingga bertemu Singotruno dan di bawa ke Wiung

di sanalah Kasan mengenal ajaran Kristus

 

Diterimanya permandian suci di Surabaya

dan dipilihnya nama Paulus Tosari

Di bawanya Injil ke banyak tempat, hingga Madura

di hadapan pegawai tinggi bangsanya iapun bersaksi

Sering diterimanya hinaan dan cacian

Namun bersuka hatinya karena dianggap

layak tu terima nista demi nama Kristus

 

Pada tahun 1844 Paulus Tosari menetap

di Mojowarno, Zion agung di jawa Timur

Di sanalah dipegangnya tampuk pimpinan

Dari jemaat Tuhan yang berkembang pesat

Bersama Jellesma penginjil NZG

dibimbingnya jemaat muda disana

menuju kedewasaan rokhani

 

Pulau Seramlah tempat Jellesma pertama bersaksi

kumpulan jiwa-jiwa bagi Kristus Tuhan

Pada tahun 1849 menetap ia di Surabaya

dan selang 2 tahun berpindah ke mojowarno

Disana ia mengajarkan iman Kristen

serta membawa jiwa-jiwa pada jalan Keselamatan

hingga wafatnya pada tahun 1858

 

Patutlah dikenang namanya

ia yang menguatkan alas Gereja

dengan pengertian, nasihat dan pribadinya

[Back]

 

Kisah Guru Injil Kyai Tunggul Wulung

Terpandang pribadi Kyai Tunggul Wulung

sebagai guru kebatinan Jawa yang ternama

kepadanya banyak orang datang berguru

untuk dapatkan ilmu nan bertuah bagi jiwa

Diterangi Roh kudus ia di Gunung Kelud

kala didapatnya tulisan Dasa Titah Allah

di bawah tikar tempatnya bertapa

 

Terasa sebuah perintah di batinnya

agar pergi berguru ke Mojowarno

Di sanalah ia belajar pada penginjil Jellesma

beberapa tahun perdalam isi Alkitab

Pada tahun 1857 dibaptis ia oleh Jellesma

dan sejak itu mulai ia wartakan kasih Tuhan

di jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat

 

Kemudian ia kumpulkan pengikutnya

yang tersebar di sekitar Semarang

Bersama mereka dirikan Bondo dan Banyutowo

dan di sanalah 200 orang Kristen menetap

Mereka hadirkan adat Jawa dalam tata ibadah

yang dipegang teguh hingga wafatnya Tunggul Wulung

sesudah itu bergabunglah mereka dengan Gereja

Jakarta, 1987  

[Back]

 

 

[Ben Poetica] - [Karya Carita]

 


 

 Copyright©soneta.org 2004  
 For problems or questions regarding this web contact
[admin@soneta.org]