1974 ******************************************************* 01 Api Neraka, Goresan Pena, Kebayoran, Jakarta, 1974 02 Tarian Riang, Goresan Pena, Kebayoran, Jakarta, 1974 03 Pengembara, Kelana Amadia, Kebayoran, Jakarta, Rabu, 1 Mei 1974 04 Kelana Amadia, Kelana Amadia, Kebayoran, Jakarta, Jumat, 3 Mei 1974 05 Kenangan Amadia, Kelana Amadia, Kebayoran, Jakarta, Jumat, 3 Mei 1974 06 Sahabat Amadia, Kelana Amadia, Kebayoran, Jakarta, Jumat, 3 Mei 1974 07 Pelacur Malam, Goresan Pena, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 14 November 1974 08 Pro Monarki, Goresan Pena, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 14 November 1974 09 Evita Peron, Goresan Pena, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 23 November 1974 10 Bibir Merah, Goresan Pena, Kebayoran, Jakarta, Senin, 25 November 1974 11 Makian-makian, Goresan Pena, Kebayoran, Jakarta, Senin, 25 November 1974 12 Joan Baez, Goresan Pena, Kebayoran, Jakarta, Rabu, 27 November 1974 13 Young Blood, Goresan Pena, Kebayoran, Jakarta, Rabu, 27 November 1974 14 Ulang Tahun, Goresan Pena, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 30 November 1974 15 Jalan Hidupku, Goresan Pena, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 30 November 1974 16 Terkutuklah, Goresan Pena, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 5 Desember 1974 17 Akan Datang,Goresan Pena, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 5 Desember 1974 18 Pergumulan, Masa Natal, Jakarta, Kebayoran, Sabtu, 21 Desember 1974 19 Aku AnakMu, Masa Natal, Jakarta, Kebayoran, Sabtu, 21 Desember 1974
==============================================================================
Api neraka bergolak Panas merah membara Jiwa-jiwa yang tersiksa Menangis dan merintih Tolong … tolong!
Gemeletuk hentak gigi Dan tangis kesal dan sesal Hangus musnah Terbakar api neraka Aduhai!
Dan sesosok tubuh surga Datang bersama angin dingin Api neraka padam Yang tersiksa sembuh Terpujilah … (Goresan Pena) (1974)
Dan orang-orang itu Laki-laki dan wanita Berkumpul dan menari Menyanyi riang Dan bertepuk tangan
Sungguh indah Sungguh menggembirakan Hari yang indah
Suara musik yang riang Biola yang mendayu Piano mendentang riang Dan petikan gitar Juga orang-orang yang menyanyi
Rok wanita-wanita Lebar berayun Suara kaki-kaki Yang dihentakkan ke tanah Riang gembira Mereka menari dan menyanyi
Sangat menggembirakan Di hari yang semarak itu Orang-orang yang menari (Goresan Pena) (1974)
Suara biola mendayu Tenang pelan dan syahdu Lagu malam yang menghanyutkan Membawa ketenangan Dan kini bar minum Serta suara tawa riang Kartu dan champagne Suara gitar dipetik Menimbulkan kegembiraan
Lalu sepasang manusia Pria dan wanita Bercintaan Suara pohon tertiup angin Suasana yang romantis Suara detak kaki Dan tongkat Menjejak di tanah kering Lalu sebuah senandung Lagu pengembaraan
Berjalanlah pelan-pelan Hai para pengembara Pelan, dan perlahan Sehingga apa yang kau lihat Takkan kau lupa Berjalanlah pelan-pelan Hai para pengembara Apabila kau lewati Sekumpulan gadis cantik Jadikanlah satu kekasihmu Dan berbuatlah yang romantis Keromantisan seorang pengembara (Kelana Amadia) (H4/01/05/1974)
Amadia si pengembara Dengan jubah loncengnya Dan sebuah biola Ingin pergi mengembara Melihat keindahan dunia Ia ingin mengembara Mencari pengalaman
Lalu dipakainya Sepatu larsnya Dan dibawanya karung pakaiannya Dibukanya pintu Lalu keluar
Ah sungguh segar Hawa sejuk di hari ini Burung-burung berkicau Air sungai mengalir Lalu, lihatlah ke sana Awan putih berarak Khayalnya berjalan Senang, gembira Bersenandung riang (Kelana Amadia) (H6/03/05/1974)
Amadia si pengembara Terus pergi berjalan Ia mengembara Dan pada akhirnya Sampai di sebuah kota
Tinggallah ia di kota itu Setahun lamanya Tapi orang-orang di kota itu Kuno dan kolot
Pergilah si pengembara Dari kota itu Ia berjalan lagi
Tapi ada juga Kenangan yang menyenangkan Bersama kawan-kawannya
Di sebuah kolam renang Yang sejuk airnya
Tak jauh dari kota Ada sebuah kolam renang Di tengah sawah cokelat Yang ditumbuhi padi hijau Dan ditunggui wanita tua (Kelana Amadia) (H6/03/051974)
Amadia mempunyai Dua sahabat wanita Yang disayanginya Yang dikasihinya
Sahabat-sahabatnya itu Yang seorang berambut panjang Amat baik hati Mereka mengawani Amadia
Mereka adalah sahabat Yang mengasihi Dan yang setia Tanpa memperdulikan Beberapa sifat buruknya (Kelana Amadia) (H6/03/05/ 1974)
Di jalan itu Wanita yang bersolek Wanita pencari uang Pelacur genit Tapi di balik semua itu Mereka menangis sedih
Yang ini untuk germo Dan ini untuk makanku Ini anakku dan sekolahnya Bedak Pakaian Hiburan dan Ah apalagi?
Aku yang dikutuk Yang dibayar untuk tidur
Dan malam itu Di bawah pohon Tertawa genit Hai! Berapa dong? (Goresan Pena) (H5/14/11/1974)
Orang-orang sosialis Buruh-buruh komunis Marxis-marxis laknat Dengan palu dan arit Senapan dan darah
Rakyat apakah itu? Yang membuang rajanya Bila tak suka lagi
Mahkota jatuh Jubah keagungan koyak Tongkat raja telah patah
Monarki! Sungguh malang nasibmu
Kapel-kapel kudus Musnah kini Patung-patung suci Tak dihormati lagi
Monarki! Sungguh malang nasibmu
Kapankah? O Kapankah? Raja tegak lagi Di atas singgasana mulia Dengan kewibawaan Penuh keagungan Kapankah orang-orang Berseru lagi?
Hidup Monarki! Hidup Sang Raja! (Goresan Pena) (H5/14/11/1974)
Evita! Evita Peron! Sejak kepergianmu Sejak buruh-buruh Menangis Karena kepergianmu
Alangkah banyak Banyak yang telah terjadi
Suamimu pulang Ke Argentina Di Buenos Aires Darah dan petaka Mana kejayaan Peronista? Evita! Evita Peron!
Bangunlah Evita Dari petimu Untuk Argentina Untuk perdamaian Dan para buruh Dan wanita-wanita pekerja Untuk perdamaian
Evita! Evita Peron! (Goresan Pena) (H7/23/11/1974)
Alangkah indahnya Gadis itu di sana Cintaku tumbuh Sementara kelopak mawar Mengembang
Bibirmu merah Seperti mawar Hangat dan indah
Kecup bibirmu Merah hangat Bergetar lembut Alangkah indah (Goresan Pena) (H2/25/11/1974)
Terkutuk kamu Cacing-cacing neraka Anak haram jadah Bangsat Kamu seperti Mirip ya persis Cacing-cacing keparat Yang menggerogoti Mayat orang mati Terkutuk kamu! (Goresan Pena) (H2/25/11/1974)
Ia berjalan Dengan gitar di tangan Dan perasaan wanita
Ia menyanyi Di depan banyak orang Dan tangan halusnya Memetik gitar
Ah manisnya dia Alangkah mengagumkan
Di depan kemalangan Ia menyanyi mengharukan Juga tentang cinta Atau tentang apa saja (Goresan Pena) (H4/27/11/1974)
Tangannya menari-nari pada tuts piano Dan suaranya lantang berteriak Atau dapat dikatakan menyanyi keras Rambutnya terurai berkibaran Janggutnya bergetar-getar karena Mulut yang menyanyi dan bergerak Tubuhnya tergoyang bergoyang di bangku Lagunya keras, enak dan riuh ramai Lalu ia berteriak berbicara Suaranya menyenangkan Dan ramai serta berirama melonjak Lalu ia menyanyi lagi Keras, tajam, katanya: Young Blood! Di Concert For Bangla Desh (Goresan Pena) (H4/27/11/1974)
Sayangku, hari ini Kau berulang tahun Tapi yang kulihat Tak ada kue Lilin dan bunga Keramaian tak ada Tak nampak apapun
Ulang tahun itu Tak ramai di sini - Entah di sana? -
Selamat sayangku Kukecup wajahmu Rata di bingkai itu Selamat sayangku (Goresan Pena) (H7/30/11/1974)
Kakiku tersaruk pedih Tapi kujalan terus
Tapi pabila kutiba Di serumpun mawar Di kolam sahabat Atau di jalan lurus
Di pesta-pesta Pada sahabatku Pada kekasihku Di gereja dan Yesus Di situ hatiku gembira
Hidupku tak sia-sia Hidupku penuh gairah
Tapi terkadang aku kecewa Jatuh dan aku marah
Di sana di balik awan-awan Rumah Bapaku, rumah Tuhanku Di sana! - di sini juga! -
Tempat kelopak Mawar mekar Tangan-tangan Halus membelai
Nanti di kemudian hari Ku kan tiba di sana - Tapi jangan sekarang! - (Goresan Pena) (H7/30/11/1974)
Alangkah indah Rambut yang terurai panjang Dan kami rubuh Di hadapan mereka Berguguran dari kepala
Bukan kami kalah Tapi apa gunanya Tak setuju
Terkutuklah mereka Terkutuklah PDK dan para guru Terkutuklah!
Hai jiwa dusun kampungan Yang tak mau mengerti Bukankah rambut panjang indah
Terkutuklah! (Goresan Pena) (H5/05/12/1974)
Kelak ia kan datang Dindaku dekat padaku Kelak pabila ia tiba Bagai cahaya mentari Jelma suka bagi tubuhku
Jiwaku! Kekasihku! Merah bibirmu Kecupan dindaku Rasanya kedosaan Kegilaan sirna Musnah kelak (Goresan Pena) (H5/05/12/1974)
Apabila aku tegak sendiri Tanpa Yesus di sisiku Busuk nafsu di kepalaku Hatiku penuh lumut Seolah tak ada lagi Tuhan di dunia
Munafik! Hatiku masih haru Bila kuingat engkau dan rakyatMu PengorbananMu,wajahMu, ajakanMu Jiwaku bagai dikutuk Aku dipeluk oleh ratusan iblis Pergulatanku terus berlangsung Kusering jatuh karena … Yesus Mengapa Engkau tak bersamaku?
Aku debu busuk dan hina Kasihanilah ya Allah ya Tuhanku Duri di hatiMu ini Di kakiMu aku debu hina Kupeluk kakiMu, aku hambaMu Kupeluk erat tubuhMu Yesus jangan lepaskan aku jatuh
Walau tubuhku tak suci Tubuhku tetaplah untukMu Pimpinlah aku ya Tuhan!
Maka dengan gembira Walau kutahu Berulang ku kan jatuh Tapi aku tetap bermeterai Dan pabila besok Terbit matahari baru Aku menjadi manusia baru (Masa Natal) (H7/21/12/1974)
|
Copyright©soneta.org 2004
|