1975 ******************************************************** 01 Harum Jerami, Masa Natal, Jakarta, Kebayoran, Minggu, 22 Desember 1975 02 KehendakMu Jadi, Masa Natal, Kebayoran, Jakarta, Minggu, 22 Desember 1975 03 Juru Selamat, Masa Natal, Kebayoran, Jakarta, Minggu, 22 Desember 1975 04 Makin Dekat, Asmara Kata, Kebayoran, Jakarta, Selasa, 7 Januari 1975 05 Sendirian, Goresan Pena, Kebayoran, Jakarta, Minggu, 2 Februari 1975 06 Kejatuhan, Goresan Pena, Kebayoran, Jakarta, Minggu, 2 Februari 1975 07 Hei Iblis, Goresan Pena, Kebayoran, Jakarta, Minggu, 2 Februari 1975 08 Di Lapang Itu, Goresan Pena, Kebayoran, Jakarta, Minggu, 2 Februari 1975 09 Apa Kau Mau, Goresan Pena, Kebayoran, Jakarta, Senin, 3 Februari 1975 10 Dikehitaman, Goresan Pena, Kebayoran, Jakarta, Senin, 3 Februari 1975 11 Mama, Goresan Pena, Kebayoran, Jakarta, Minggu, 23 Februari 1975 12 Ku Kan Hampiri,Asmara Kata, Kebayoran, Jakarta, Minggu, 23 Februari 1975 13 Birahiku, Asmara Kata, Kebayoran, Jakarta, Minggu, 23 Februari 1975 14 Pertemuan, Asmara Kata, Kebayoran, Jakarta, Selasa, 4 Maret 1975 15 Kerinduan, Asmara Kata, Kebayoran, Jakarta, Selasa, 4 Maret 1975 16 Pesona, Asmara Kata, Kebayoran, Jakarta, Selasa, 4 Maret 1975 17 Aku Ini Tunggal, Goresan Pena, Kebayoran, Jakarta, Rabu, 2 April 1975 18 Inilah Nyanyian, Goresan Pena, Kebayoran, Jakarta, Senin, 16 Juni 1975 19 Waktu, Goresan Pena, Kebayoran, Jakarta, Senin, 16 Juni 1975 20 Dunia Baka, Goresan Pena, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 12 Juli 1975 21 Dua Pelacur, Goresan Pena, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 12 Juli 1975 22 Ku Akan Pergi, Asmara Kata, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 12 Juli 1975 23 Jatuh Cinta,Asmara Kata, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 12 Juli 1975 24 Hanya Berkawan,Asmara Kata, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 12 Juli 1975 25 Christopher, Goresan Pena, Broadway, Worcestershire, Selasa, 19 Agustus 1975 26 Memohon Rasa, Goresan Pena, Broadway, Worcestershire, Rabu, 20 Agustus 1975 27 Hujan Turun, Goresan Pena, Broadway, Worcestershire, Kamis, 25 September 1975 28 Tubuh Kristus, Goresan Pena, Broadway, Worcestershire, Jumat, 26 September 1975 29 Matahari, Goresan Pena, Broadway, Worcestershire, Jumat, 3 Oktober 1975 30 Awal Penciptaan,Goresan Pena, Broadway, Worcestershire, Jumat, 3 Oktober 1975 31 Yesus Tuhanku,Goresan Pena, Broadway, Worcestershire, Rabu, 8 Oktober 1975 32 Di Suatu Siang, Goresan Pena, Broadway, Worcestershire, Kamis, 9 Oktober 1975 33 Dalam Mimpi,Goresan Pena, Broadway, Worcestershire, Kamis, 9 Oktober 1975 34 Perjalanan Iman,Goresan Pena, Broadway, Worcestershire, Jumat, 10 September 1975 35 Perjalanan Salib, Goresan Pena, Broadway, Worcestershire, Jumat, 10 September 1975 36 Saudaraku Marah, Goresan Pena, Broadway, Worcestershire, Rabu, 15 September 1975 37 Domba Kecil, Goresan Pena, Broadway, Worcestershire, Rabu, 15 September 1975 38 Domba Allah, Goresan Pena, Broadway, Worcestershire, Rabu, 15 September 1975
===============================================================
Harum jerami dan bau lembu Dikau di pondok bertiang empat
Gembala berdatangan Oleh kabar malaikat Sukacita: Hosana!
Tiga Majus berjalan Berseru-seru Raja agung sudah datang! Dialah itu!
Tak terbayang kesudianNya Turut hina bagai manusia
Yesusku! Kuangkat tubuhMu Menjadi milikMu Kau dan aku satu
Dengan haru bahagia Kupeluk Dikau Tuhanku
Damai di bumi dan di hati Di malam yang kudus (Masa Natal) (H1/22/12/1974)
Kau di jerami hangat palungan WajahMu merah halus Hangat nafasMu O Anak Kecil Kala gembala dan orang Majuz Datang menghadap Tuhan Penyelamat kecil berbedung lampin Raja damai Tuhan kita
Haru di gelap malam Curah air mata bahagia O Yesusku!
Penuh syukur pada Dia Allah yang baik Pada angin yang berhembus Diterangi surya gemilang Kematian sirna, juga kebutaan Lenyap bisu dan kusta Karena Engkau ya Tuhanku
Dikau dan mujizatMu Sungguh Dikau Tuhan yang baik
Di perjamuan itu kau sedih DeritaMu dekatlah sudah
Makanlah tubuhKu! Minumlah darahKu!
Dalam doa Kau bergumul Darah kudusMu tumpah di bumi Tapi tak sanggup Dikau tolak piala KehendakMu jadi Ya Bapa! (Masa Natal) (H1/22/12/1974)
Kuturut daki Golgota Kuturut haru Yesusku Kurus tubuhMu menggeliat Terkucur darahMu Kau sanggup Tapi Kau menangis Di sana di ujung akhir Kau lepaskan Kau turuti Kodrat manusia
Terbaring Dikau Di kegelapan Kau manusia Binasa tak kekal
Puji Tuhan Yesus Kau bangkit Menang atas kematian Kau berkuasa, ya Tuhanku
Yesusku Sungguh Kau Tuhan Sungguh Kau Manusia (Masa Natal) (H1/22/12/1974)
Tanganmu terbuka bebas Tapi kau katakan padaku Bebas dalam keterbatasan Kuragu tapi kuingin Dekatlah makin dekat Tangankusiap terkembang Untuk memelukmu Bukalah maka ku akan Masuk dalam dirimu Masuk dalam hidupmu Dekat makin dekat Dekatkan dirimu padaku Dekat makin dekat (Asmara Kata) (H3/07/01/1975)
Di kesepian aku berjalan Berjalan sendirian Dengan gejolak hatiku Yang tak tersalurkan Tuhan setia menemaniku Dalam wujud Roh tak terlihat Tapi tak ada kawan seiringku Yang halus dan lembut itu
Bagai Adam di hari pertama Tanpa kawan aku kini Kubertanya kepada Tuhan Kemanakah kawanku
Datanglah datang padaku Aku berjalan sendirian Kawanku seiringlah denganku
Aku terus berjalan Di kesepian sendirian Dari detak tapak kudengar Hanya ada dua kaki melangkah (Goresan Pena) (H1/02/02/1975)
Yesusku maukah Kau menolongku? Sahabatku, maukah Engkau?
Aku telah jatuh Sahabat Tolonglah angkat aku Bukankah aku dimeteraikan Dalam namaMu
Yesusku kelak akan kucium Dan kubasuh kakiMu Dengan air-mataku (Goresan Pena) (H1/02/02/1975)
Hei Iblis! Tahukah engkau Bahwa aku Anak Allah Aku dibaptis dan ditebus
Jangan datang lagi, bangsat neraka Mulutmu memang manis, tapi busuk Sungguh kau pelacur babil!
Belaianmu membuat gairah Tapi amat memuakkan Kau raja Sodom! Kau panglima Gomora! Tunggu di hari akhir Ku kan pinta pada Tuhan Sebilah pedang Ku hantam engkau Dan bala-tentaramu
Kepalamu kubelah Matamu kucungkil Isi perutmu Kutaburkan di altar Penyesalanku Hai anjing Lucifer!
Kutuntut kau kelak Kupalu kelaminmu Dengan palu marah Dan pertobatanku (Goresan Pena) (H1/02/02/1975)
Di lapang itu Di kerindangan pohon Allah Aku berdiri Dalam audiensiku Kepada Tuhan
Hatiku teduh Saat ini Di altar imanku Dan lilin kesadaran Ke-aku-anku lenyap
Kunyanyikan pujian Kegairahanku Atas Dikau ya Tuhan Kubergairah Karena sayangMu
Kuletakkan persembahan Korban bakaran Ketaklukkanku Dan kubakar dengan api Pertobatanku
Dan ketika tanganmu Di kepalaku Dan Kau berkata:
Jalanlah di jalan yang lurus, anakKu Dalam hukumKu
Aku berkata: Ya Tuhanku! (Goresan Pena) (H1/02/02/1975)
Pabila Tuhan berkata: Apa kau mau anakKu? Ku kan mohon dengan sangat Dan dengan beriba
Datanglah Tuhanku datang padaku Sucikanlah diriku Biarlah kita bersatu
Kuharap dan kutunggu Datangkah Ia dari atas sana?
Ia takkan datang dari atas sana Itu kutahu pasti Sebab tak kuundang Dia Tak pernah … belum … Tuhan berkata tapi tak kudengar Ku tak mohon, ku tak beriba-iba Kemanusiaanku terlalu sombong
Ku ingin walau ku tak dapat Apakah Tuhan mau mendahuluiku? (Goresan Pena) (H2/03/02/1975)
Di dunia ini yang merah membara Dan penuh ketak-wajaran aku hidup Kuhidup dan kujatuh di kehitaman Yang penuh tawa dan cengkeraman buruk
Aku ditarik dan nafsuku dihidupkan Oleh ketak-wajaran aku jatuh Kucoba naik, tapi kujatuh lagi Apa harus kubuat?
Iblis kuat memegangku! Amat kuat! Kuhantam mereka, iblis-iblis itu Tapi tanganku lemah Bentengku pecah sudah Tuhanku!
Dunia ini merah membara Kalut dan serba egois Kacau! (Goresan Pena) (H2/03/02/1975)
Mama Masih kuingat Kala kau Mengecup pipiku Memelukku sayang
Dan aku berjalan Memegangi rokmu Merengek Sebab panas matahari
Pabila malam tiba Kau bercerita Kau berdoa Untukku
Aku mengantuk Kau selimuti aku Kau kecup pipiku Dan aku bermimpi Engkau malaikat yang baik! (Goresan Pena) (H1/23/02/1975)
Pabila kulalui jalanku Kuingin kawan searah dan sehati
Dan di jalan itu di siang terang Kau kulihat lalu kusuka
Kuingin hampiri dikau Memegang tanganmu Dan membuaimu di dada
Ku kan hampiri dikau Dengan keterus-terangan Lalu kauambil keputusanmu (Asmara Kata ) (H1/23/02/1975)
Kuhampiri Pembaringanmu Yang kehijauan Oleh rumput Oleh kesegaran
Tanahmu coklat Liat dan merangsang Pohon-pohon kayuan Bagai jari-jari anak dara
Dengan bernafsu Kupeluk engkau Kuciumi gunung-gunungmu
Kulahap sungai-sungai Dan danau-danau
O Kejelitaan alam Gapaianmu Kuraih mesra (Asmara Kata) (H1/23/02/1975)
Di sekejap itu kutampak dikau Dan kutertarik … hatiku akan dirimu Kuingin hampiri dikau untuk memeluk Dalam buaian nyanyian alam Kehalusanmu … kesegaranmu Rampas hatiku dan aku terbuai Oleh keceriaan harapan Bibirmu merah dan menantang Lekukannya bagai lembah subur Kuingin raba dan cium bibirmu O Gadisku!
Tapi apa kan kau kata Pabila daku datang padamu Bagai orang tak tahu malu! (Asmara Kata) (H3/04/03/1975)
Gadis! Kusudah lihat dikau Walau sekejap kau tampak Kutatap dan sesuatu, ya sesuatu Terasa merasuk di dalam hati
Matamu bagai bintang pelita Wajahmu putih kemerahan Dengan tatapan penuh selidik Engkau tampak bagai mawar segar Ah gadisku! Engkau kesegaran alam Kesukaanyang penuh ceria Kupuja dikau dengan hatiku
Mengapa sekejap kau berlalu Ah gadissungguh ku tak puas Sekejap itu mengapa sekejap Kutatap dikau dan berbisik
Gadis! Mendekatlah! (Asmara Kata) (H3/04/03/1975)
Kita dibatasi ketidak-kenalan Dan antara ketidak-tahuan Tapi kala ku melihatmu Matamu begitu menantang Tubuhmu penuh kesegaran Dan keindahan alami Pipimu merah segar menarik Ah remaja … kunikmati Sekejap kehadiranmu Aku terpesona olehmu Desir alami menghanyutkanku Kuraih walau tak kudapati Di sekejap itu kunikmati Bintang keremajaanmu Kecemerlangan manusiawi Tapi kau berlalu dan hilang Musnahkah? Kemanakah? Ah gadis! Kuingat terus Saat sekejap itu (Asmara Kata) (H3/04/03/1975)
Aku ini tunggal Di antara karang julang Aku ini jantan Biadab … Telanjang Makan kambing hutan Minum air telaga Aku ini biadab!
Aku tuan rumah Di pesta malam remaja Anggur Musik biadab Ah … aku tidak biadab!
Aku ini barbar Yang haus perang Turut menari Di api unggun Biadab Minum anggur dan Mabuk
Aku ini pria Yang terkadang turut Di kumpulan dara-dara Yang tertawa gembira Dan tersenyum Menggumam tidak jelas
Aku ini padri Yang dengan wajah suci Di antara asap dupa Di kuil … di sinar matahari Yang menyembah Tuhan dan malaikat
Membungkuk Menyembah Aku tidak biadab Aku ini aku! (Goresan Pena) (H4/02/04/1975)
Ini adalah nyanyian Dari kejadian Kesukaan, kedukaan Kehidupan Dan keajaiban
Garuda yang mengalahkan Merusak binasakan Penumpah darah Di antara tangis dan hentak gigi Lalu kematian
Percintaan Di bunga-bungaan Pada gerbang kota Korban dan api Serta puji-pujian
Nyanyian para padri Dan kekudusan Hamba Raja Di dunia Di ladangNya (Goresan Pena) (H2/16/06/1975)
Waktu Demi waktu Dan berlalu lenyap Berlalu
Waktu Dan kesempatan Tapi kuselalu Ragu dan takut
Waktu hilang Waktuku Berlalu lenyap Dan iapun Tak nampak
Di manakah O Waktu? Waktu Kutanpa ragu Optimis Dan berhasil (Goresan Pena) (H2/16/06/1975)
Pabila tiba waktu Tiap orang kan mati Mengapa harus takut hai kawan? Akan peti hitam Dan tanah kuburan Orang berlari dari tangan maut Tapi tak ditolak oleh badan Panggilan kodrat alami
Bernyanyi dan menari Kita di alam barzah Suka ria Tawa dan kegembiraan Pangeran-pangeran surga Anak-anak Tuhan Dengan gemerincing Pedang emas Di Padang Perburuan Abadi Di sungai itu
Jijik tampak Pendeta Berkhotbah: Tentang neraka kekal?
Hai sahabat! Mungkinkah Tuhan yang baik, Sekejam itu?
Tuhan maha baik Jiwa kita Adalah bagian-bagianNya Adik Yesus si sulung Tuhan kau Sambut kita Dan beri pukul sayang Di api neraka Yang tidak kekal
Kita Pangeran surga Terbang Dari gunung ke gunung Bintang ke bintang
Pabila kelak Tiba matimu Itulah transmigrasi Ke tanah pengharapan. (Goresan Pena) (H7/12/07/1975)
Kulihat di jalan itu Dua pelacur Seorang duduk Dengan rambut tergerai Make up yang murahan Dan wajah mereka Penuh kerut Tanda menua
Seorang yang berdiri Tersenyum … atau Bisa dikatakan menyeringai Menjijikkan Tapi baginya keharusan Tuk mendapatkan uang
Dengan tak bermalu Tawarkan tubuh Terkadang Cemohan atau makian Didapat mereka
Di kehidupan nyata Yang kasar Mereka hidup Patut dikasihani Sebagai sampah masyarakat
Malam demi malam Menjual tubuh Dengan kegenitan Seorang yang susah Mereka hidup (Goresan Pena) (H7/12/07/1975)
Kasih ku akan pergi jauh darimu Dari kehidupanmu dan kehangatanmu Kutelah nyatakan sayangku Rasa kasih dan cintaku Mengapa tak kau rasa Kasih maafkanlah perbuatanku Kutelah paksa engkau menjadi kekasihku Kebimbanganmu menyedihkanku Aku rasa diriku kau sisihkan Kulimpahkan kasihku Tapi tak juga kau merasakannya Aku cinta padamu Dan kau harus kudapatkan (Asmara Kata) (H7/12/07/1975)
Aku remaja yang terlanda Deru asmara dan panasnya cinta Juga oleh penolakan Yang seperti penerimaan Aku laki-laki yang meminta kepadamu Yang memohon Dengan harap dan takut
Gadisku! Kau terimakah aku? Seakan kau terima Dengan menolak cintaku
O Jelita! Kuusap bahumu Dan kau tersenyum manis sekali Kupegang tanganmu tapi kau tolak
Di malam hari aku gelisah Aku tergetar karena cintaku Karena harap aku meratap Aku tergila-gila kepadamu Ya kecintaanku!
Kutunjukkan sayangku kepadamu Kulimpahkan semua rasaku kepadamu Dan kau mulai mendekat Kusatukan pikiran Pada Tuhan kupinta Seluruh perasaanmu Aku berdoa dan kau semakin dekat (Asmara Kata) (12/07/1975)
Gadis! Kau katakan padaku Hanya kawan baik saja Sewaktu kukatakan kau yang terbaik Aku terkejut heran tak menentu Mengapa kau hancurkan Harapan dan sayangku Sungguh tak kuduga!
Dengar gadisku - Kau harus jadi gadisku! - Bagai pelatuk berusaha Melubangi kayu keras Bagaikan rayap Yang menghancurkan kayu keras Aku laki-laki! Akan kutunjukkan sayangku Kulimpahkan cintaku Gadisku! Kuingin dirimu!
Gadisku! Aku terpukul Kala hadapi sulitnya cinta Yang kau perlihatkan (Asmara Kata) (H7/12/07/1975)
Tulisan tentang Christopher Orang saleh dan berbajik Yang menyenangkan dan suci O Christopher di malam gelap itu Kau berjalan dekat sungai deras
Pada malam berhujan lebat Di kepekatan malam Dengan sebatang tongkat kayu Dalam kelelahan dirimu Basah oleh keringat dan air hujan
Kau lihat anak kecil Sendirian di malam gelap Ia merasa takut dan ragu Untuk seberangi sungai
O Anak Kecil Apa kau buat di malam gelap? Mengapakah tak kulihat orangtuamu? Apakah kau takut seberangi sungai?
Tuan yang baik Aku takut seberangi sungai Air deras dan bergemuruh Aku sendiri tak ada orangtuaku Aku papa dan dihina karena kukecil
Mari anakku kupanggul engkau Seberangi sungai yang deras itu
O Christopher kau tak tahan Melihat mata suci Sang Anak Kecil Engkau dipenuhi rasa haru
Kau panggul ia seberangi sungai Kau berjuang di air deras untuknya O Manusia yang amat berbajik Kau terheran ketika bebanmu Semakin bertambah berat Kau terkejut dan bahagia
Yesus, Tuhan, Sang Anak Kecil itu Tersenyum padamu Kau tak sangka, kau bahagia
O Christopher, ku akan selalu Mengingatkebaikanmu Engkau yang memanggul Yesus kecil seberangi sungai
Kau diberkati dan disebut berbahagia Aku tidak memujamu, tapi aku menyukaimu (Goresan Pena) (H3/19/08/1975)
Aku termenung dan terduduk Aku diam bagai karang julang Dihembus angin semangat
Kulihat dia dan senyum manisnya Kukenang dia, kusebut namanya Lalu kusimpan dalam di hatiku Aku tak dapat tuk melupakannya O Tuhan Yang Maha Suci datangkanlah Rasa welas dan asihnya padaku O RohKudus yang kupuja Bukalah hatinya untukku
Kurapatkan tanganku kupuja Tuhan TuhankuTuhan Yang Mahasuci Kukenang Engkau dan ajaranMu Bibirku memujiMu Ya Tuhanku Dan hatiku menyeru namaMu Dengan rasa dan kesejatian Dan seruan yang tulus Kau gerakkan yang kurapatkan TuhankuTuhan Yang Mahasuci! (Goresan Pena) (H4/20/08/1975)
Hujan turun airnya membasahi bumi Angin bertiup dan pucuk-pucuk daun Bergoyang melemparkan butir-butir air Angin dingin merasuk Menerpa tak terhalang Bunga kuning merah bergetar Segar dingin tertimpa air hujan Dan tiupan angin yang berhembus Awan putih gelap dan Sang Surya Hilang, tenggelam entah kemana O Sang Pencipta Sebagian keindahanMu Dan keagungan alam ciptaanMu Melingkupi dunia umat manusia Di kala hujan turun Dan membasahi bumi (Goresan Pena) (H5/25/09/1975)
Yesus Anak Allah Kristus Tuhan kita Yang menjadi pusat Iman kepercayaan kita
NamaNya menjadi Pertentangan Sesama kita SifatNya diperbantahkan Di antara kita
Bukankah kita tahu Dia Tuhan Yang seperti kita Yang di dalam kita Yang adalah kita
Kita perbantahkan Dia Kita koyakkan Tubuh kita sendiri Menarik tangan dan tubuh Merusak kedua kaki (Goresan Pena) (H6/26/09/1975)
Matahari bulat bersinar terang di bumi desa Rumput hijau segar bertitikkan embun pagi Pohon-pohonan menjulang tinggi Dan tetumbuhan rambat mendaki kepuncaknya Bunga kuning-merah seri dan mekar Serangga satu dua terbang Mengitari taman Pagar kayu lapuk tak rata dan kayu mati Angin bertiup Menggoyangkan dedaunan Menganggukkan rerumputan hijau segar Tuhanku Tuhan Yang Perkasa Engkau adalah itu semua! (Goresan Pena) (H6/03/10/1975)
Dunia hitam Kelam dan bercampur Antara ada dan tiada Dan sikap terjaga Bersamaan dengan kenyenyakan Hanya ada kekosongan Dan ketiadaan segala sesuatu Tiada batas dan tiada waktu Hitam kelam sunyi Tidak mengerikan Hanya kekosongan Yang senyap
Dan Tuhan berkata: - Jadilah Terang! - Kalimat yang pertama Mencipta Dan kalimat-kalimatNya Tak henti mencipta Berabad-abad Bermasa-masa Yang dinyatakan dengan hari Ia mencipta Dan dimulaiNya Evolusialamiah Tak terhenti Terus berlangsung Bagai bulatan yang berputar Yang terkadang tinggi di puncaknya Terkadang rendah di dasarnya
Diambilnya tanah Sekepal sekehidupan Dihembusnya Dengan kehidupan ketuhanan Dan Bapa kehidupan Benih kemanusiaan Pemimpin dosa Memulai kebahagiaan dan kekacauan Ia bahagia Dengan kehidupannya Tuhan memberinya kekasih Apakah yang lebih berbahagia daripada itu? Hidup telanjang Dengan lawan jenis Tanpa kekotoran nafsu Bukankah nafsu Yang selalu memusingkan manusia? Tapi Adam tak kenal Dan tak tergerak oleh ketelanjangan Mereka suci bersih Dan tak mengetahui
Hingga akhirnya Mereka memetik Buah pengetahuan Memakan dan merasa Getaran nikmat Tapi memalukan Dari ketelanjangan mereka Mereka takut Malu dan sadar Akan segala hal Dan kini Memulai kemanusiaan Iblis membujuk Dan mencoba menerima Tapi mereka juga Menerima Akibat perbuatan Bukankah itu Kehendak Sang Pencipta? Memulai hidup CiptaanNya DiberiNya untuk manusia Akal, birahi dan kekuatan Tapi diberiNya Iblis Kuasa ketakutan Penyakit dan bujuk kotor Dan mereka selalu berperang Sepanjang segala abad Di antara Allah dan Iblis (Goresan Pena) (H6/03/10/1975)
Yesusku Tuhanku Gembalaku Kekasih dan Sahabatku Jiwaku Kau di sana Tuhan Aku di sini Kau di ketentraman Dan aku di kekacauan Kau di sini Aku di sana Yaitu di keduanya
Tuhan waktu itu Kau disalib sakit Mati dan membasuh dosaku Dengan darah dan rohMu Lalu bermasa-masa Engkau keabadian Kuasa dan kejayaan Kemuliaan kekal Dan selama-lamanya
Tuhan Kau Maha Perkasa Kau memerintah dan mengadili Kesalahan dunia raya Kau bertakhta Di takhta emas kudus Kau bermahkotakan Berkat dan kasih Kau berkalungkan Dan bergelangkan Jiwa-jiwa orang saleh Darah para martir Lingkaran kejiwaan Di kakiMu Meja perjamuan Kudus dan suci Tertutup oleh Jubah keagunganMu
Kuning gemilang MahkotaMu Bertaburkan Permata kebajikan Putaran doa MengelilingiMu Dan panji-panji Raja dan domba Yang tersembelih Mengitari kerajaan suciMu
Tuhanku Seperti Engkau Mati untuk kami Kau berikan HidupMu Pada kami Kami rela mati Demi namaMu Biarlah Darah kami tercurah Di InjilMu Di sekitarMu (Goresan Pena) (H4/08/10/1975)
Di siang yang tidak panas Kami berjalan-jalan Beberapa anak laki-laki Dan seorang gadis kecil Guru bahasa bersama kami Menyusuri jalan berdebu Sambil memetik buah arbei
Buah arbei Yang hitam legam Di pohonnya yang berduri Manis dan empuk
Lalu sampai di stasiun tua Tak terpakai berdebu
Jalan menyusur Rel kereta api berbatu-batu Bertanah empuk dan kotor Guru kami mulai kesal Ribut bagai orang tua
Katanya: I shall never do it again! You are all very silly! Ah kawan, apakah yang lebih menyenangkan? Daripadaberjalan di tanah kotor Yang berbatu-batu Tapi ia tak suka, Ia marah-marah bagai orang tua (Goresan Pena) (H5/09/10/1975)
Malam gelap dan aku tidur Hawa dingin di kamarku Aku tertidur ketika dia Wanita ramping itu Mengusap tubuhku Merangkul dan tersenyum Tubuhnya indah Matanya jalang Menaik Dan membangkitkan Nafsu birahiku Darahku menggelegak Tuguku terbangun Tapi mimpi tak kenal kasihan Aku terbangun kawan! (Goresan Pena) (H5/09/10/1975)
Aku dilahirkan ibuku, aku hidup Dan tumbuh dalam lindungan bapaku Ibuku mengajarku tentang Tuhan KebaikanNya dan Petrus Di pintu gerbang surga Aku hidup dan berbakti Pada Tuhan dan malaikat Terkadangpun orang kudus Beberapa kali aku menyanyi Tentang Bunda Allah Maria Yang Diberkati Bersama sahabat-sahabatku Bersama mereka para rasul Di jalan-jalan Asia kecil Sampai kekota Roma Aku menyanyikan Lagu-lagu pujian Tentang Bapa Yang tersenyum Di atasku
Aku hambaNya, Yesusku terkasih Aku anakNya, Bapaku Pencipta Dan aku berada di dalamNya
Bersama saudara sepupuku Aku turun dan menyelam di alam roh
Menggerakkan kemauan Di dalamNya Ia menggerakkan Kedua belah tanganku
Ia memberiku mantra pengikat Dan jalan ke sumber kekuatan
Aku menari tergila dengan pedang Dan seteguk air anggur manis Juga gadis di pelukanku
Aku menggeram tergoda Nafsuku sendiri, pada mereka Yang putih telanjang Menggeliat aku ingin Puaskan diri
Ayolah itu nikmat Tapi aku ragu Karena itu dosa
Aku berjalan dengannya Atau siapa saja BersamaNya juga Di pasir putih ke tepi hutan Di tepi pantai ke altarNya
Seonggok batubara Di Mezbah terbakar Bersama curahan Air anggur dan doa
Dan aku berjalan Di antara altar terbakar Tubuh putih telanjang Desiran angin nafsu Bersama beberapa sahabat Ke-permukaan-Nya Ke alam nyataNya BerbaktikepadaNya (Goresan Pena) (H6/10/10/1975)
Tubuh Tuhanku Kurus dan berpeluh Tergantung Di salib hitam legam Di panas terik matahari
IbundaNya Dan para kekasihNya Menangis dikakiNya Melihat deritaNya Dan kesakitanNya
Dengan kuasaNya Ia dapat mendatangkan bala-tentara Allah, atau menghancurkan dunia dengan kertak gigiNya. Yeruzalem adalah budakNya, pendudukNya debu di kakiNya. Tapi Ia menderita, sakit dan terhina!
Dengan tanganNya Dapat dimusnahkanNya Israel Tapi tidak! Memang Ia harus mati! Dan dengan kehinaan Kepedihan dan kematian Ia diperlakukan dan Iapun mati DipertaruhkanNya kemuliaanNya Di depan Sanhedrin dan Kaum Parisi DimasukiNya dunia kekelaman DarahNya membasuh dunia
Eli, Eli, lama sabakhtani! TubuhNya menggigil GigiNya bergemeletuk Kepedihan menyakitiNya
Tuhan ampunilah mereka Karena mereka tidak tahu Apa yang mereka lakukan
Dunia menjadi gelap Ungu dan kelam Orang-orang berlarian ketakutan Tersandung, jatuh dan bangun Mereka takut padaNya
Bapa, kepadaMu kuserahkan nyawaKu!
Ia menjeritkan kata akhir SuaraNya memenuhi Golgota Terdengar pilu dan sakit Para rasul menjerit sedih IbundaNya terduduk menangis Sedih suasana di kala itu
Sungguh Ia Anak Allah! Dengan tulus berkata Seorang prajurit Romawi
Ia mati, sakit dan terhina Dan seperti kata Alkitab Tirai yang memisahkan Ruang maha suci terkoyak Dengan rela Ia mati Tapi karena Ia dihina Tirai bait Allah terkoyak Oleh kegeraman Allah
Kutuk darahpun tiba Dan engkau Israel Putri jelita Allah Beban yang berat Tertanggung pula di bahuMu
Kau telah berkata: DarahNya tertanggung oleh kami Dan anak-cucu kami! Kau terbuang dari tanahMu Kau dihinakan di pembuangan Pembunuhan mengejarMu Perang dan kematian Dan kekerasan hidup Selalu kan kau tanggung (Goresan Pena) (H6/10/10/1975)
Pagi itu tanpa kusengaja Kuinjak keranjang saudaraku Lalu saudaraku marah kepadaku Marahnya itu berkepanjangan Dan tak berkesudahan Akupun mulai marah
O Tuhanku, Yesusku, Guruku Aku dikatakannya: Babi! Ampuni aku Tuhanku Aku lupakepadaMu Kukatakan dia, makhluk ciptaanMu Saudaraku itu: Anjing! Aku terlupa akan Dikau, Tuhanku Padahal Kau berkata: Berdamailah dengan saudaraMu!
Ampuni aku Tuhanku KuterlupaperintahMu Bahkan mungkin kiranya Kulakukan juga walaupun ingat Kasihanilah aku ya Tuhan Apakah yang dapat kuharap Dari saudara yang marah Karena kuinjak keranjangnya Dan berkata: Anjing! Waktu kukatakan: Kamu banyak mulut!
Jiwanya persaingan Dendam dan tak mengasihi Penantang Dan inginmenang sendiri Lalu memerintah - Apakah aku juga begitu? -
Ampuni daku Tuhan Pabila kumarah padanya Saudaraku, makhluk ciptaanMu (Goresan Pena) (H4/15/10/1975)
Di hari penciptaan Ia adalah suara Yang maha kuasa yang berkuasa Dan menjadikan segala-sesuatu
Ia melompat dan berlari kecil Di bukit-bukit di tanah suci Dan memimpin anak-anakNya
Lalu para kekasih menggiring Dan menyembelihnya di altar Allah Ialah Domba Allah Angin lembut Yang menghembus Elia Ia yang terkasih (Goresan Pena) (H4/15/10/1975)
Ia Sang Domba Allah Yang tunggal di sisi Allah Bapa kita Yang Maha Kuasa Ia turut berkuasa
Ia berlari-lari Di padang rumput Asia Tengah Dan minum Di air sungai Yordan, di Israel DikepalaiNya bangsa-bangsa Dengan hukum alamNya Ia berguling-guling bermain Di bawah sinar matahari Di Vietnam, Birma, Kamboja Jepang, Filipina, Malaysia, Dan Indonesia
Ia bernyanyi bersama burung-burung Di pulau-pulau di lautan teduh Juga berlompatan di padang rumput Amerika Utara, lalu melalui selat Bering Berlaririang ke tanah Rusia Bahkan ke seluruh dunia Yang merupakan milikNya
Pada gadisNya Yeruzalem suci di Israel Ia datang dan berkasihan Di pelataran Bait Allah MataNya yang lembut memandang Dengan kasih akan manusia Ia berkelana di Samaria Karena belaianNya - Ya Rabbi -, yang buta melihat Yang timpang berjalan lagi Juga Lazarus yang mati Bangkitkembali Ia adalah kasih Allah Kasih akan manusia Ialah domba dari Allah Bulu-bulunya yang putih Lembut dan hangat Serta memancarkan cinta
Hamba-hamba Kayafas Dan kaum Parisi MengikatNya dengan Tali kehinaan TubuhNya yang suci diludahi DarahNya menyucikan dosa-dosa BilurNya menyembuhkan sakit penyakit
Mereka membaringkanNya Di altar batu yang hitam kasar Pisau dosa yang tajam Mengiris lehernya TubuhNya yang putih Kemerahan karena darah
Ia menyuarakan tangis Dan menggelepar sakit Menderita lalu mati
Ia, Domba Allah itu Mengorbankan diriNya
Sesudah Ia bangkit dalam kemuliaan Dan memuliakan diriNya sendiri
Inilah yang Ia mulai:
DidirikanNya pemerintahanNya Dengan api Roh Kudus Kerajaan yang mulia Di mana Ia adalah rajaNya Ia lembut, kasih dan cinta Absolut dan berkuasa Ia raja atas kaum yang baru Yang baru lahir dan mengibarkan Panji kemuliaanNya
Hamba-hambaNya adalah Anak-anakNya dan rakyatNya Adalah para pewarisNya Mereka yang tidak memusuhi - Walaupun tidak menyembah! - Adalah di pihakNya Ia raja yang memerintah Atas kaum yang kini ada Karena penderitaanNya KerajaanNya kekal
UmatNya selama-lamaNya Kudus, mulia dan agung! (Goresan Pena) (H4/15/10/1975)
|
Copyright©soneta.org 2004
|