1977 *************************************************** 01 Kukenal Dia, Goresan Pena, Sidcot School, Winscombe, Jumat 21 Januari 1977 02 Benih Kehidupan, Goresan Pena, Sidcot School, Winscombe, Selasa, 25 Januari 1977 03 Musim Semi, Musim Semi, Sidcot School, Winscombe, Kamis, 31 Maret 1977 04 Aku Ada, Musim Panas, Sidcot School, Winscombe, Rabu, 15 Juni 1977 05 Matahari Pagi, Mentari Pagi, Kebayoran, Jakarta, Selasa, 16 Agustus 1977 06 Hatiku Sedih, Asmara Kata, Kebayoran, Jakarta, Rabu, 24 Agustus 1977 07 Benturan Sayang, Asmara Kata, Kebayoran, Jakarta, Senin, 29 Agustus 1977 08 Panggilan Rindu, Asmara Kata, Sidcot School, Winscombe, Rabu, 14 September 1977 09 O Aton, Mentari Pagi, Cardiff Arms, Weston-Super-Mare, Kamis, 15 September 1977 10 Mentari, Mentari Pagi, Cardiff Arms, Weston-Super-Mare, Kamis, 15 September 1977 11 Satu Iman, Mentari Pagi, Cardiff Arms, Weston-Super-Mare, Kamis, 15 September 1977 12 Pimpin Aku, Mentari Pagi, Cardiff Arms, Weston-Super-Mare, Kamis, 15 September 1977 13 Kota Kita Kotor, Goresan Pena Sidcot School, Winscombe, Minggu, 18 September 1977 14 Ambil Cangkulmu, Goresan Pena, Sidcot School, Winscombe, Minggu, 18 September 1977 15 Gerhana, Goresan Pena, Sidcot School, Winscombe, Selasa 20 September 1977 16 Perkataanmu Manis, Autumn Term, Sidcot School, Winscombe, Sabtu, 1 Oktober 1977 17 Hukuman Surga, Goresan Pena, Sidcot School, Winscombe, Selasa 18 Oktober 1977 18 Gelora Hati, Asmara Kata, Sidcot School, Winscombe, Minggu, 6 November 1977 19 Kesepian, Goresan Pena, Sidcot School, Winscombe, Rabu, 9 November 1977
===============================================================
Di dalam kesederhanaannya kutahu dia Perawan jelita penuh kasih Penolong mereka yang kehausan Akan air surga dan cinta-kasihNya Dia yang tak bercatat cela
Bukan sebagai ratu Yang berkuasa Yang bermahkota gemilang Berjubah cemerlang Dengan keangkuhan Seorang bangsawan
Tapi sebagai gadis jelita Dengan hati emas Hamba Tuhan Yang selalu Mendoakan manusia
Kukenal dia Bunda yang ramah Dengan tangan halusnya Dibelainya kanak-kanak Dengan senyum manis Dihiburnya mereka
Kukenal dia dalam Kesederhanaannya Sungguh Kukenal dia Dalam Doa Rosario (Goresan Pena) (H6/21/01/1977)
Benih kehidupan tumbuh Perasaan dan sayang berkembang Aku menanti cahaya dunia Tapi kehancuran datang Kekejaman merenggut Kegembiraanku Kelam hitam menyakitkan Di manakah kehidupan?
Bunda Mengapa sakiti aku? Mengapa campakkan aku? Aku anakmu … kau bundaku Di kegelapan aku sendiri Kesepian dan ditinggalkan … Aku sedih Kurindu kasih … kehangatan rahimmu
Matahari telah padam Dan nyanyian penghibur berhenti sudah Kehidupanku direnggut Kalau kau lahirkan aku Bimbing aku dengan pengertian, Kebijaksanaan dan kasih Kukan tumbuh dewasa Mencintai dan dicintai
Kukan tidur di dadamu Sesudah kau berikan susumu padaku Jari-jari kecilku meraba getaran cintamu Lalu, aku sebagai anak kecil Berlari ke arahmu Bunda! teriakku … nafasku terengah Dan kujatuh di pelukanmu
Tapi bunda Yang kuharap tak datang Angan-anganku musnah Bukan cinta tapi sesal kau berikan Bukan hidup, tapi kehancuran Kau sakiti aku, kau campakkan aku Bunda, aku mati!
Bunda tanpa sadar kau undang aku datang Dan ketika kudatang, kau tolak aku (Goresan Pena) (H3/25/01/1977)
Hari tetap dingin Dan kurasa beku di dalam tubuh Musim dingin belum berlalu Angin Utara pun masih bertiup Tapi kebosanan telah hilang
Matahari perkasa bersinar Dan hangatnya menghidupkan xKegembiraan di hati manusia Matahari telah datang Matahari, tameng gemilang Tuhan
Langit kelabu Berkilat di sana-sini memantulkan Cahaya ke mata dan relung-relung hati manusia Mengusir mendung dan kesayuan Mengundang tawa riang (Musim Semi) (H5/31/03/1977)
Ketika Sang Surya bersinar Gemilang di atas bukit dan lembah hijau Burung-burung bernyanyi Dan berkasihan Di antara dahan pohon dan dedaunan Ketenangan meliputi Angin lembut menghembus Dan ujung-ujung pohon bergetar Merah dan hijau warna alam Cemerlang Langit biru yang abadi Megah menudungi bumi manusia AKU ADA, terima kasih kata hatiku Dan karena Dikau Hidup dan gerakan tercipta Keindahan alam dan terang ada Manusia dan hewan bersuara Merangkak binatang melata Karena kasihMu Dan serangga beterbangan AKU ADA YANG AKU ADA Di dalamMu alam ada Dan dariMu kehidupanNya AKU ADA YANG AKU ADA AMIN! (Musim Panas) (H4/15/06/1977)
Ketika Sang Surya tenggelam Langit menggelap kehitaman Walau di kaki langit Warna pucatnya masih gemilang Para unggas terbang menjauh Dan satu-satu Orang pulang ke rumah Para ayah melangkah tenang Anak-anak berlari kecil Dan tergopoh ibu-ibu turuti
Matahari Kala kau tiada Ombak memacu keras Deburannya berbunyi menakutkan Ditingkah suara angin malam Putri malam hanya berikan Cahaya sendu dan keremangan
Kapal-kapal berlayar Di laut, danau dan sungai Meraba di kegelapan Turuti jalan angin, Arah perasaan dan perhitungan
Surya perkasa di ketiadaanmu Margasatwa malam melangkah Suara mereka asing Penuh kerahasiaan malam Kekosongan dan kengerian Merasuk jiwa manusia Ciptaan gemilang Dengan harap manusia menatap Ke kaki langit di arah Timur Nantikan cahaya suram pagi Yang menerang dan menerang Ketika hari berangkat siang
Matahari … Matahari Wajah-wajah manusia di hadapanmu Tersenyum … disusul gelak tawa Waktu tamparan hangatmu Menyentuh Para ayah menggeliat suka Ibu-ibu tersenyum dikelilingi Anak-anak yang tergugah Semua menatap ke fajar pagi Dan janji-janji hari baru (Mentari Pagi) (H3/16/08/1977)
Hatiku sedih Di hadapan surya gemilang Melangkah tertatih Kuseret tubuhku Di siang hari Kemanisan masa dulu Terbayang diingatan Aku menggumam pilu Kurasa aku ditinggalkan Tuhan Dan aku berduka
Kata-katanya manis Hibur hatiku Redakan kepedihan Hilangkan rasa pilu Nasihatnya menghangatkan membelai sejuk Musnahkan gejolak hati dan pikiran Dan cegah kakiku terantuk Terima Kasih! Beban berat terlepas sudah Kurasa bebas lepas Keraguanku telah punah Dan aku bersikap tegas Untuk terima kehendakNya Dan berhenti menyesali Kututup lembaran hidup lama Keremajaan kumulai lagi Tuhan Maha Besar! (Asmara Kata) (H4/24/08/1977)
Kulihat dia di atas sana Bermain kartu, tersenyum dan berbincang Menoleh ia menatapku Dan cemoohannya membakarku Kulari naiki undakan Kulingkarkan tangan di pinggangnya Kucoba bujuk dan rayu
Ia menggumam Mencibir bibir Katanya: alah!
Percayalah! Itu kumau
Kubenci senyumnya Seakan ia berkata:
Diriku milikku Kubuat apa kumau Aku manusia bebas Kuuraikan tali pengikat Kucampakkan para pemuja Kupikir … Aku! Kusayang engkau yang tergila-gila Tapi pergilah kekasih … pergi!
Ia berdiri dan berlari Ke arah sana Di mana bundanya berdiri Tersenyum ramah dan tanyakan aku:
Nasihat apa yang telah kau dapat?
Aku gemetar Hatiku bergolak Nadaku marah Aku gemas Mulutku kaku Tapi kataku ketus:
Aku tidak boleh jatuh cinta lagi padanya!
Tapi kusesal, cintaku tinggal Kucoba binasakan … musnahkan O Tuhan yang penuh cinta Ambillah cintaku
Cinta dan Persahabatan Gemas dan kemarahan Benci dan kekuatiran Nafsu dan kelembutan Bergumul dan menyatu Di dadaku
Kuraih tubuhnya Kuangkat lalu Kularikan tanpa malu Kukecupi wajahnya Leher dan tangannya
Kutampak kolam berair Kuingin campakkan Ia kedalamnya Biarlah air menelan sayangku Biarlah kekasih tenggelam Musnah bersama cintaku Tapi tidak …
Kubaringkan ia di tanah Kutatap wajahnya Sinar matanya rendahkan diriku Senyumnya mengejekku Semuanya menunjukkan kepuasan Ia tidak butuh aku
Kuingin lempar ia ke air Tapi kuingin hatinya kembali Berdiri aku penuh keraguan Kutatap lagi wajah manisnya
Demi Tuhan aku cinta makhluk ini! Asmara, kembalikanlah Yang telah hilang Biarlah kita satu Kembalikan cintaku! Aku tenggelam dalam angan-angan Andaikan …
Ia melonjak bangun Terjun ke air lalu berdiri Kutatap ia di bawah sana Yang tersenyum-senyum sendiri Kobaran cintaku membesar Ingin aku melompat kepadanya Tapi seorang pria berenang Menyelam ke arahnya Lalu peluk pinggangnya Dan ia tidak menolak Mereka bersenda gurau
Kuhentakkan kakiku Aku marah Tapi harga diri melarangku Tuk bujuk dia lagi
Cinta itu bohong Kesetiaan itu khayalan Sabar itu kegilaan Bukan kepadanya Hatiku patut kupersembahkan
Aku tidak cinta lagi kepadanya! Tapi kala ku sendiri Dan ia tak di sisiku Cintaku datang lagi Lalu kupikir:
Aku sayang dia! Kulawan itu semua Dan kataku ketus:
Aku tidak boleh cinta lagi padanya! (Asmara Kata) (H2/29/08/1977)
Bunyi musik berhenti Dan tetes-tetes anggur terakhir Membasahi bibirku Sesudah itu yang pahit tinggal Dan hanya kesedihan di sekitar Ketika itu kekasih tak tampak Tawanya tak kudengar lagi
Perayaan berakhir Dan aku sendiri Sahabat-sahabat tinggalkan Aku yang tampak tabah Kubutuh kasih mereka Kata-kata manis ingin kudengar
Di gelap malam itu Kujalani taman bungaku Bulan dan bintang Tak bersinar Bunga sedap malam memekar Mawar mewangi segar Hatiku kusut Dan kebingungan aku melangkah
Kasih, bawakan aku cahaya Dan pelukan hangatmu Aku kedinginan
Cintaku kembalilah Kuingin dengar lagi Suaramu
Kecupanmu kuingin Belaianmu kudambakan
Tapi mengapa tak kau dengar panggilanku? (Asmara Kata) (H4/14/09/1977)
Sambil melangkah Kusuarakan rayuanku Kunadakan nama kekasihku Hingga aku terantuk jatuh Di rumpunan mawar Tercium wangi surgawinya Waktu duri-duri tajamnya Menusuk tubuh dan hatiku O Keindahan dan kesakitan!
Aku bangun lagi Ketika gerimis mulai Kunaiki tangga bersusun Dan aku terbaring di beranda Lalu aku terlelap di keputus-asaan Dan segalanya terlupa
Waktu kusadar Di angin pagi yang bertiup Kurasa belaian hangat matahari Di sekujur tubuhku Bagai tangan halus bunda Menepuk-nepukku
O Penghiburan Yang Manis! Cicit burung kudengar Di antara pohon-pohon Aku terhibur, kurasa lega Tanganku menyembah Dan bibirku menggumam memuji Kubermazmur untuk yang esa
O Aton … Aton … Surya Aditya! Tangan-tangan hangatmu Membuatku bahagia Melaluimu Tuhan kita Memenuhi hatiku Dengan kegembiraan Dan rasa syukur (Mentari Pagi) (H5/15/09/1977)
Deburan ombak menghantam Pasir putih dan karang Kerang berserakan Di antara Dahan-dahan kering Wangi asap dupa Bercampur dengan harum bunga
Nyanyian para pendeta Pria dan wanita Menggumam … menggaung Memenuhi udara Ditingkahi Rengek anak-anak Dan bisikan doa
Di kaki langit Aton, Surya gemilang Tenggelam perlahan Warnanya merah terang Bumi bagai terbakar Waktu mentari turun di Barat Dunia gelap seperti Di lingkupi kematian (Mentari Pagi) (H5/15/09/1977)
Satu iman, satu pelindung Yang perkasa Yang dipuja Tuhan Yang Esa Berkatnya datang Hangatkan hati manusia MatahariNya Kekasih makhluk ciptaanNya Tunjukkan keadaan Dia Yang datang Dari ketidak-adaan (Mentari Pagi) (H5/15/09/1977)
Buanglah buang Perdebatan dan perkataan Filsafat palsu Serta mahkota kesombongan Kuhanya ingin Nyanyikan pujian Panjatkan doa syukur Dan serukan:
O Aku Ada Yang Aku Ada Kebahagiaanku Kekasihku Bapa Ibu Semesta Alam Kukata Engkau Ada
Kutampak langit biru Kutatap Ah Surga terlalu jauh Dan kematian Ku tak ingin bicarakan Neraka takutkan jiwaku
Bukan di sana … bukan di situ Hal itu kepunyaanNya Di sini ingin kutatap Sentuh dan nikmati Biar tubuhku gemetar Sukmaku berlagu Mengagungkan Dia dan ciptaanNya
Bibirku bergetar Sebut namaNya Kekasihku Yang Maha Kuasa Kutakut keadilanNya Kurasa kasihNya Ketika tangan-tangan Aton Sentuh tubuhku
Kau berkati aku Kesenangan Kugenggam di tanganku Makanan Kekayaan Kau luruskan Jalan hidupku Kau berikan di sepanjangnya
Pohon-pohon peneduh Bunga-bunga mawar Dan sungai jernih Hingga ku tak penat Dan terhibur Waktu kuterantuk O Tuhan yang penuh cinta! Penuhi … penuhi hatiku Dengan kasihMu Biar aku bijaksana Dan rendah hati Di hadapan kemalangan Penderitaan dan kebutuhan Tunjukkan apa harus kubuat Pimpin aku di jalanMu Di ladangMu Biar dapat kutebar Benih-benihMu Dan kemanusiaan (Mentari Pagi) (H5/15/09/1977)
Kota kita kotor sudah Dan jiwa kita Bagai timbunan sampah Melangkah ke sana terantuk Kemari terbentur Tangan-tangan basah Oleh darah orang kudus Dewa pengetahuan Dan akal manusia Dipuja di gelanggang kota
Perjudian permatanya Butir-butir air mata para ibu Kalung mutiaranya Dimahkotai pelacuran Diselimuti nafsu para banci Kecurangan Pembunuhan … kemuliaannya
Bersuka cita berkecimpung Di kubangan busuk Tiap saat adalah kenikmatan Dan merdu nyanyian iblis Ya di situ kita jatuh Tenggelam dalam kegelapan Sadar kelak di kebinasaan Goresan Pena, Sidcot School, Winscombe, H1/18/09/1977
Ambil cangkulmu kawan Tebar benih padi … gadis manis Kerjakan ladang Bukalah hutan
Mari bendunglah sungai Belokkan aliran air Untuk suburkan tanah
Turunlah … turun ke jalan Tunjukkan kegunaanmu Bukan menentang Yang tidak adil Tapi luruskan jalan Dan berbuat |