1989 GORESAN PENA 01 Om Awignam Astu, Goresan Pena, Kinasih, Caringin, Rabu, 31 Mei 1989 02 Gambaran di Linggamurti, Goresan Pena, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 7 Oktober 1989 03 Daya Asih, Goresan Pena, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 30 Desember 1989
===============================================================
Om Awignam Astu, Semoga Selamat, demikian puji permohonanku Eka Bumi, Dwi Sawah, Tri Gunung, Catur Segara, Panca Taru, Sad Panggonan, Sapta Pandita, Hasta Tawang, Nawa Dewa, Dasa Ratu Om Awignam Astu, Semoga Selamat, demikian puji permohonanku Ketika mengemban amanat Gusti, Guru, Ratu, Rama, Ambu Ketika meniti jejak di Panaragan, di Cilangkap, di Caringin Ketika menata di Bumi Kawastu, di Legok Antrem, di Citamanah Ketika memandang Gunung Gede, Gunung Pangrango, Gunung Salak Ketika mendaki ke Pasir Bokor, Pasir Baduga, Pasir Karamat Ketika menapak tilas di Rancamaya, Pajajaran, Baranang Siang Ketika menyusuri Kali Cisadane, Cipakancilan, Ciliwung Ketika menanam tumbuhan Hanjuang Siang, Handeuleum Sieum, Pakujajar Ki Pahare Ketika mengkaji Pradaksina Mandala Tapa di Sasaka Binayapanti
Om Awignam Astu, Semoga Selamat, demikian puji permohonanku: Semoga kedua belas pohon kayu tumbuh di bukit keramat Kiara, Loa, Ampelas, Kowang, Cantigi, Mareme, Gebang, Kaboa, Teureup, Jamuju, Warugunung dan Reunghas Akarnya dalam, kayunya tegak, dahannya kukuh, daunnya hijau Sehingga air terkumpul, dalam kandungannya berlimpah ruah Hingga akhirnya naik kepermukaan, menjadi sumber mata air Lalu mengalir dengan anggunnya, tanpa halangan apapun Menempuh perjalanannya, menunjang kehidupan dunia Menjadi air embun, air hujan, air sumur, air kali, air terjun Air telaga, air pancuran, air kolam, bahkan air samudra Memenuhi tambak ikan, membasahi sawah, menyuburkan ladang Menghidupi kebun kayu, menghijaukan padang penggembalaan Mendukung desa dan kota, digunakan mandi, minum dan masak Dibendung menggenang, untuk menjadi sumber daya tenaga Sehingga majulah usaha pertanian, peternakan dan perikanan Juga pertukangan, pengolahan, perniagaan dan angkutan Maka para Rama, Resi, Ratu dan sekalian penduduk bersuka-cita Kertajaga, negara subur, makmur, sejahtera, adil dan benar (H4/31/05/1989)
Duduk mengitari meja kayu yang bundar Kami hanya bertiga di senja hari itu Orang-tua di Linggamurti berbicara membuka Rahasia di balik rahasia yang tersembunyi Tiba-tiba terasa waktunya untuk berdiam Dan memejamkan mata untuk melihat Getaran kasih memenuhi lubuk hatiku Terasa baik dan melimpah menyebar Terang-benderang di pemandangan batin Hangatnya mengalun membuai lembut Kemudian terdengarlah bisikan halus: "Janganlah takut … Aku beserta kamu!" Serta-merta segala keraguanpun lenyap Diganti dengan kepastian yang teguh Lalu kutengadahkan mukaku ke atas Menyaksikan sebuah layar terkembang
Ia berdiri menerima kunjungan manusia Sebagian datang lalu berjalan pergi Kecuali satu orang yang tampaknya setia Yang berlutut di sebelahnya dan menetap di situ Tiba-tiba ia menancapkan kayu-kayu pagar Mengelilingi dan menutup diri dari pandangan Dengan rasa asih aku naik dan mendekati Dan tonggak-tonggak pagarpun merebah Aku menyampaikan sungkem kepadanya Lalu ia mengenakan cincinnya di jariku
Setelah itu layar pandangan menjadi sirna Tinggal kedamaian kini mengitari aku Apa yang diberikan kugenggam di tangan Kutaruh dalam gelungan rambut lalu kuikat Memang tidak semua masalah dapat dibicarakan Ada hal-hal tertentu yang perlu disembunyikan (H7/07/10/1989)
Bila kekuatan gelap Menyerang dengan segala caranya Bila hal itu semua mulai terjadi Janganlah takut ataupun ragu Berolah-dirilah tanpa henti Berolah-raga, jiwa, dan sukma Janganlah daya hitam itu dilawan Dengan mengandalkan kekuatan Dan kemampuan diri sendiri Tetapi tingkatkanlah kebaktian Dan penyembahan kepada Allah Sehingga daya asih yang sejati Yaitu kekuatan ke-Tuhan-an itu Menyelesaikan segala-sesuatunya Dan memusnahkan kejahatan (H7/30/12/1989)
|
Copyright©soneta.org 2004
|