[ 2002 ]

******************************************************************************************

01 Nusantara Pujangga, Nusantara, Kebayoran, Jakarta, Selasa, 19 Maret 2002

02 Nusantara Asmara, Nusantara, Kebayoran, Jakarta, Rabu, 20 Maret 2002

03 Dialektika, Revolusi Kita, Cibubur, Depok, Rabu, 20 Maret 2002       

04 Dinamika, Revolusi Kita, Cibubur, Depok, Rabu, 20 Maret 2002

05 Romantika, Revolusi Kita, Cibubur Depok, Rabu, 20 Maret 2002

06 Orde Revolusi, Republik Kita, Cibubur, Depok, Rabu, 20 Maret 2002

07 Orde Rekonstruksi, Republik Kita, Cibubur, Rabu, 20 Maret 2002

08 Orde Reformasi, Republik Kita, Jakarta, Rabu, 20 Maret 2002

09 Bersemi Musim, Goresan Pena, Jakarta, Jumat, 22 Maret 2002 

10 Di Mana Rumah, Katanya, Kebayoran, Jakarta, Selasa, 2 April 2002  

11 Katanya Hilang, Katanya, Kebayoran, Jakarta, Selasa, 2 April 2002

12 Katanya Kejam, Katanya, Kebayoran, Jakarta, Selasa, 2 April 2002

13 Katanya Bohong, Katanya, Kebayoran, Jakarta, Selasa, 2 April 2002

14 Tulikan Diri, Katanya, Kebayoran, Jakarta, Selasa, 2 April 2002

15 Curahan Hujan, Di Kala Hujan, Kebayoran, Jakarta, Rabu, 3 April 2002

16 Suara Alam, Di Kala Hujan, Kebayoran, Jakarta, Rabu, 3 April 2002

17 Meniti Jalan, Di Kala Hujan, Kebayoran, Jakarta, Rabu, 3 April 2002

18 Jalan Berlumpur, Di Kala Hujan, Kebayoran, Jakarta, Rabu, 3 April 2002

19 Meniti Jalan, Di Kala Hujan, Kebayoran, Jakarta, Rabu, 3 April 2002

20 Jumpa Pertama, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002

21 Gencar Bertanya, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002

22 Tanya Berulang, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002

23 Hilang Suara, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002

24 Suka Padamu, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002

25 Gayung Bersambut, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002

26 Masa Pertama, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002

27 Mulai Berbantah, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002

28 Rasa Cemburu, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002

29 Tidak Percaya, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002

30 Putus Akhirnya, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002

31 Rasa Kecewa, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002

32 Guru Engkas, Pasir Buncir, Kebayoran, Jakarta, Jumat, 5 April 2002

33 Tuan Romadin, Pasir Buncir, Kebayoran, Jakarta, Jumat, 5 April 2002

34 Kakang Paniyo, Pasir Buncir, Kebayoran, Jakarta, Jumat, 5 April 2002

35 Arifin Fither, Pasir Buncir, Kebayoran, Jakarta, Jumat, 5 April 2002

36 Kedua Lurah, Pasir Buncir, Kebayoran, Jakarta, Jumat, 5 April 2002

37 Di Tepi Jalan, Bapak Tercinta, Kebayoran, Jakarta, Jumat, 5 April 2002

38 Di Tengah Malam, Bapak Tercinta, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002

39 Di Kala Sedih, Bapak Tercinta, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002

40 Di Kala Susah, Bapak Tercinta, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002

41 Di Masa Tua, Bapak Tercinta, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002

42 Di Unur Gede, Bapak Tercinta, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002

43 Masa Remaja, Kenangan Lama, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002

44 Urung Menyatu, Kenangan Lama, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002

45 Rasa Beralih, Kenangan Lama, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002

46 Ingat Padamu, Kenangan Lama, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002

47 Pujangga Alam, Doa Seruan, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002

48 Semangat Hidup, Doa Seruan, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002

49 Kugubah Kidung,  Doa Seruan, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002

50 Cahaya Alam, Doa Seruan, Kebayoran, Jakarta, Senin, 15 April 2002

 

******************************************************************************************

 

01 Nusantara Pujangga

Sungguh tanah pujaan para pujangga

Yang bermadah dengan segenap cintanya

Kala benderang malam bulan purnama

Membuai nusa idaman putra bangsa

 

Sejarah lamanya tak menjadi sirna

Abadi dalam kidung dipuja rasa

Seakan yang dulu hidup masih ada

Di alunan irama nyanyian mesra

 

Wangi setanggi harumkan pura saba

Gerak penari hiburkan cipta rasa

Debar asmara hidupkan jiwa raga

Puja pedanda sucikan alam raya

 

Di Jawadwipa tanah pusaka bangsa

Semarak jiwa agungkan Nusantara

Darinya lahir kasih sayang semesta

Membawa surga hadir dalam dunia

(Nusantara) (H3/19/03/2002)

[Back]

 

 

                    02 Nusantara Asmara

Nusantara kini penuh tanda tanya

Setelah sirna jiwa bertatah cinta   

Sumber pesona yang memukau dunia

Teladan seluruh umat manusia

 

Bila cinta sekarang bagai terlupa 

Di tengah gemuruhnya silang sengketa

Jangan kiranya bangsa berputus asa

Tinggalkan harapan berhenti berdoa

 

Dengarlah kembali amanat pujangga

Yang jiwanya dirasuk rasa asmara

Kepada nusa dan sejarah lamanya

Agar terkenang masa cinta pertama

 

Sebab pujangga tuturkan sabda cinta 

Menggugah kalbu serta meminta surga

Mohon datangnya cinta yang dulu ada

Agar bersinar cahaya Nusantara 

(Nusantara) (H4/20/03/2002)

[Back]


 

03 Dialektika

Ketika jaman semakin tua

Dalam usia tambah dewasa

Banyak pandangan perlu diganti

Supaya hidup tidak berhenti

Sebab tertahan ukuran usang                     

Serta masa lalu yang membayang

Nilai pandangan baru dibentuk

Lalu digelar untuk dirujuk

Dengan mengkaji ragam pilihan

Sebagai bahan untuk pikiran

Cara yang lama kini diserang             

Digempur agar tergoyah tumbang      

Lama dan baru berlaga seru                

Dalam benturan riuh beradu           

Sehingga timbul bentuk pandangan           

Yang lahir untuk jadi pedoman            

Dari kancah olahan alami                            

Berlanjut hidup gerak hayati                          

(Revolusi Kita) (H4/20/03/2002)

[Back]

 

       

                     04 Dinamika

Gema suara pembaharuan

Gaungnya riuh di pendengaran

Merasuk hingga ke lubuk hati

Menggugah rasa semangat diri

Tersulut api semangat juang

Untuk singkirkan yang telah usang

Niat kehendak telah bertumbuh

Walau curiga keras menuduh

Bahwa dasarnya harapan palsu

Impian kosong tak tahu malu

Bahkan kurangnya rasa bersyukur

Ataupun sikap hati takabur

Tetapi jaman menuntut keras                                           

Agar yang baru tampillah tegas

Mendobrak benteng aturan lama

Mengganti jalan pikiran tua

Supaya hidup diatur ulang

Dalam semangat baru digalang

(Revolusi Kita) (H4/20/03/2002)

[Back]

 

 

05 Romantika

Indahnya hidup amat menawan

Menggairahkan penuh tantangan                    

Tiada pernah menjadi tua

Selalu baru di awal masa

Padanya ada kobaran hasrat               

Gerakan batin gelora dahsyat            

Indahnya hidup mendorong juang  

Untuk meraih tingginya bintang

Menopang rindu harapan insan                    

Sesuai gambar bayangan jaman                   

Gemuruh alam menghentak jiwa                 

Ketika masa yang baru tiba                          

Indahnya hidup wasiat rakyat                      

Adalah sumber api semangat                        

Untuk berbuat tanpa berlelah                  

Bagi Marhaen juga Sarinah                          

Sebagai wujud cinta sejati                        

Gairah murni asmara suci            

(Revolusi Kita) (H4/20/03/2002)  

[Back]

 

 

06 Orde Revolusi

Pergantian serempak terjadi

Di seluruh permukaan bumi

Angin perubahan yang berhembus

Di mana-mana gencar menembus

Nusantara yang tertidur lama                  

Kini tergugah dan bangkit pula

Tak mau lagi bangsa dijajah

Sebagai hamba sudahlah lelah

Getar suara iring senjata

Tolak bendera bangsa Belanda

Para pemuka tegas menentang

Laskar pemuda maju berjuang

Darah tertumpah basahi bumi

Agar terbebas rakyat negeri

Setelah lama bertahan sakit

Bangsa yang baru sekarang bangkit

Merdeka bangsa bebaslah rakyat

Seiring niat sesuai hasrat

Namun politik dalam negeri

Tetaplah rusuh belum berhenti

Kawan sebangsa saling melawan

Bekerja sama masihlah enggan

Geram semangat belum terhapus

Angin sengketa masih berhembus

(Republik Kita) (H4/20/03/2002)

[Back]

 

 

07 Orde Rekonstruksi

Gejala perpecahan merebak

Semakin lama semakin tampak                                      

Walau sebangsa telah terbagi

Akibat beda ideologi

Kecamuk perang saudara timbul                  

Kala semua mencari unggul                         

Darah membasah bumi persada               

Bersama tetesan air mata                            

Rakyat menanggung derita lapar               

Jatuh tersungkur golek terkapar                  

Sulitnya hidup membuat marah                 

Sehingga hampir negara pecah                   

Majulah kini prajurit bangsa                            

Mengambil alih tampuk kuasa                            

Politik jangan lagi dilamun                           

Haruslah ekonomi dibangun                          

Dalam kendali bangsa ditata                                  

Dengan disiplin gaya tentara                     

Hasrat materi makin berkembang   

Lunturkan jiwa semangat juang

Partai dan Golonganpun diatur                    

Diajar untuk tulus bersyukur         

Seorang tokoh terus dipilih        

Untuk memimpin nusa terkasih       

(Republik Kita) (H4/20/03/2002)

[Back]

 

 

08 Orde Reformasi

Dalam harapan makmurnya bangsa

Teknologipun ikut dicoba

Terbang pesawat menukik tajam

Seiring dengan krisis tersuram

Hutang bertumpuk, negeri resah     

Presiden mundur, rakyat gelisah

Bingung melanda rusuh mengganas

Hidup semakin bertambah keras

Deru kampanye landa negeri

Rakyat memilih turut nurani

Tapi ternyata para pemimpin

Belum teruji mampu menjamin

Antara satu dengan lainnya

Saling menuding bersilang kata

Malah terkadang jalan tersesat

Lupa dirinya dipilih rakyat

Entah kemana maunya bangsa

Dalam meniti sejarah masa

Ketiga orde telah dikenal                                       

Apakah lagi yang masih tinggal?

Tapi apapun yang akan lahir

Orde Republik tetap kan hadir

Sebagai wujud pesan warisan  

Jiwa pejuang para pahlawan

(Republik Kita) (H4/20/03/2002)

[Back]

 

09 Bersemi Musim

Musim semi tak ada di sini

Yang ada hanya pagi nan sunyi

Mawar segar merebak di sana

Di kebunku tak ada harumnya

Jiwa yang dulu penuh gairah

Kini seakan enggan bermadah

Sampai aku terbawa ke ujung

Pucuk kenangan kala merenung

Teringat lapang hijau membayang

Cerah membuat hatiku senang

Musim semi di awal yang baru

Terasa lembut usik hatiku

Maka kuingin undang sekarang

Agar bersemi mengusir remang

Supaya alam yang kini murung

Terhibur merdu kicauan burung

Lalu kembang di taman merekah

Membuat alam semakin indah

Sehingga hidup jadi ceria

Tampak menarik penuh pesona

Ketika datang untuk bersemi

Semangat baru di dalam hati

              Selamat Tahun Baru Kuucapkan Padamu

             Semoga Musim Semi Menghibur Tiap Hati

            (ZE 1 Farvardin 3769) (AD 21 Maret 2002)

                      (Goresan Pena) (H6/22/03/2002)

                      [Back]

 

 

Katanya!

 

10 Di Mana Rumah?                               

Di mana rumah kediamanku

Yang cukup asri walaupun rapuh                                                          

Tempatku tidur beradu siku                    

Saling berdesak berhimpit tubuh

Di mana rumah kesayanganku          

Yang amat mungil berbau peluh       

Mengapa kini tak ada lagi?             

(H3/02/04/2002)

[Back]                       

                          

 

                     11 Katanya Hilang

Katanya lenyap tersapu banjir

Akibat hujan yang datang mampir

Katanya sudah dihancur lebur

Tanpa berbekas kena digusur              

Katanya memang harus dibongkar

Sebab mudahnya jadi terbakar

Katanya rumahku bukan rumah!

(H3/02/04/2002)

[Back]

                                                                                     


 

12 Katanya Kejam

Apa kataku aku tak tahu

Hanya kutahu apa katanya

Tapi katanya buatku pilu

Terlunta-lunta hidup merana                

Sebab katanya aku benalu

Tidak kan mampu menjadi warga

Betapa kata begitu kejam!

(H3/02/04/2002)

[Back]

 

 

13 Katanya Bohong

Padahal dulu indah katanya

Membuai rasa buat terlena

Sehingga bangga rasa hatiku                                    

Dianggap warga pantas ditiru

Katanya aku kaum yang rajin

Maka nasibku pasti dijamin

Tapi katanya kini berubah!

(H3/02/04/2002)

[Back]

 

 

14 Tulikan Diri

Katanya lidah tidak bertulang

Apa katanya serba tergantung

Sehingga kerap kali menyimpang

Sesuai apa yang bikin untung              

Pantaslah kalau nasibku malang

Oleh katanya yang buat bingung

Haruskah aku tulikan diri?

(H3/02/04/2002 )

[Back]

 

 

 

Di Kala Hujan

 

15 Curahan Hujan

Hujan turun di bumi Caringin

Angin menggoyang pohon beringin

Galangan tanah banyak yang longsor                                     

Terpuruk bagai ke dalam bokor         

Air sungai yang keruh mengalir

Jauh menuju ke ujung akhir

Di kala hujaan semua basah!

(H4/03/04/2002)

[Back]

 

 

                      16 Suara Alam

Gelegar guntur terdengar megah

Bangunkan hati yang sedang lelah

Riuh bergema suara alam

Membawa rasa ke masa silam            

Ketika dulu jalan berhujan

Berbasah kuyup sekujur badan

Melarut hanyut menyatu utuh!

(H4/03/04/2002)

[Back]

 

 

17 Meniti Jalan

Meniti jalan di Lemah Duhur

Sambil menggali pikiran luhur

Langkah menuju ke desa Tangkil

Kala diusik rasa memanggil    

Datanglah kawan, datang kemari

Kami yang rindu sedang menanti

Seruan lembut halus terdengar!

(H4/03/04/2002)

[Back]

 

 

                     18 Jalan Berlumpur

Legok Antrem di balik rimbunan

Menjauh samar dari pandangan

Jalanan licin basah berlumpur                                       

Membuat hati rasa terhibur                             

Hujan yang turun masih menderas

Bagaikan beban tercurah lepas

Membuat segar diri kelana!

(H4/03/04/2002)

[Back]

 

 

19 Meniti Jalan

Kala tiba di Bumi Kawastu

Terobat hati yang sedang rindu

Begitu tulus sambutan hangat

Membuat diri merasa nikmat

Walau rasanya penat dan letih

Kalbu mengucap terima kasih

Di kala hujan membasah bumi!

(H4/03/04/2002)

[Back]

 

 

Cinta Remaja

 

20 Jumpa Pertama

Kala pertama di awal waktu

Terucap samar seolah ragu:

'Senang hatiku boleh kenalan,

Terlebih bila boleh berkawan'                        

Lalu terhenti karena bingung

Garuk kepala sebabnya canggung

Apakah lagi dapat diucap?

(H5/04/04/2002)

[Back]

 

 

21 Gencar Bertanya

'Sekolah kamu kelas berapa?

Di mana rumah, nomor berapa?'

Ingin ungkapkan rasa di hati

Tapi ternyata belum berani

Padahal ramah senyumnya sambut

Menggoyah rasa yang kalang-kabut

Betapa manis, cantik sekali!

(H5/04/04/2002)

[Back]

 

 

22 Tanya Berulang

Tanya dijawab tanya kembali

Sudah ditanya diulang lagi

Membuat geli gadis remaja

Sorot matanya tampak jenaka                           

Melihat pipi yang halus lembut

Semakin diri merasa kalut

Akan sukakah dia padaku?

(H5/04/04/2002)

[Back]

 

 

23 Hilang Suara

Pada waktunya tiada tahan

Ingin segera mulai pacaran

Bingung kembali seperti dulu

Duduk terpaku bagaikan gagu       

Seolah tahu gadis bertanya:

'Mengapa terdiam? Ada apa?

Hilang suara makin terdiam!

(H5/04/042002)

[Back]

 

 

24 Suka Padamu

Tubuh menggigil, keringat dingin

Didera rasa hati yang ingin

Sambil berdoa memohon surga

Terucap juga terbata-bata:                             

'Saya merasa suka padamu!

Apakah kamu juga begitu?'

Terlepas beban oleh kalimat!

(H5/04/04/2002)

[Back]

 

 

25 Gayung Bersambut

Tersenyum lembut gadis menatap

Membuat hati ingin meratap

Sudah terpaksa menanggung malu

Terlebih bila dia tak mau

Lalu terdengar membuat suka:

'Sungguhkah tulus yang engkau rasa?'

Ternyata gayung telah bersambut!

(H5/04/04/2002)

[Back]

 

 

26 Masa Pertama

Hidup bagai bertabur permata

Indah di hari-hari pertama

Kesana-sini bersama pergi

Tidak terpisah dua sejoli                                

Bila sehari tidak bertemu

Hatipun susah karena rindu

Rasanya pasti memang berjodoh!

(H5/04/04/2002)

[Back]

 

 

27 Mulai Berbantah

Tapi remaja masih mencari

Jalan hidupnya yang belum pasti

Tambatan hati belum terkira

Di masa muda yang penuh goda    

Walaupun tulus ingin menyayang

Tidaklah ingin hidup dikekang

Lalu akhirnya mulai berbantah!

(H5/04/04/2002)

[Back]

 

 

28 Rasa Cemburu

Suara ketus terdengar geram:

'Kemana kamu pergi semalam?'

Rasanya sulit untuk menjawab

Hati remaja yang sedang kalap                           

Diamnya kata jadi masalah

Dianggap pasti berbuat salah

Cinta ternyata berduri-duri!

(H5/04/04/2002)

[Back]

 

 

29 Tidak Percaya

Ternyata susah jadi lelaki

Untuk bersikap selalu pasti

Sebab jawaban terus ditolak

Oleh tatapan mata yang galak        

Bingung rasanya tak dipercaya

Dianggap orang yang memperdaya

Ternyata cinta penuh kemelut!

(H5/04/04/2002)

[Back]

 

 

30 Putus Akhirnya

Dulunya ingin jumpa selalu

Akhirnya kini mangkir melulu

Hingga murkalah gadis tercinta

Dengan dinginnya mengucap sabda:             

'Sejak sekarang kita berpisah,

Sudah bosan aku mengalah'

Betapa mutlak kata-katanya!

(H5/04/04/2002)

[Back]

 

                     

                     31 Rasa Kecewa

Walau dibujuk bahkan dirayu

Kekasih tak lagi mau tahu

Katanya dengan mata mendelik:

'Pokoknya kita sudahan! Titik!'

Maka terpaksa melangkah pulang

Seperti orang yang kalah perang

Sungguh kecewa telah berakhir!

(H5/04/04/2002)

[Back]

 

 

 

Pasir Buncir

 

32 Guru Engkas

Ki Guru Engkas Kasmawinata

Pandai melucu membuat tawa

Banyak cerita yang menggemparkan

Juga lelucon yang menghebohkan

Jenaka sungguh sikapnya kocak

Seakan memang asli pelawak

Pasti muridnya terhibur senang!

(H6/05/04/2002)

[Back]

 

 

33 Tuan Romadin

Ki Lanceuk bageur nama Romadin

Cerdas akalnya pasti dijamin

Sungguh mengenal berbagai liku

Urusan tanah selalu tahu                                

Di kala buntu tak ada jalan

Celah yang jitu ia temukan

Banyak masalah ia atasi!

(H6/05/04/2002)

[Back]

 

 

34 Kakang Paniyo

Paniyo kecil sangat setia

Sejak dahulu tak pernah alpa

Tetapi kini dalam kemelut

Sering terlihat bagaikan kalut

Tidak terbaca geraknya langkah

Untuk pahami tidaklah mudah

Apa maunya dia sekarang!

(H6/05/04/2002)

[Back]

 

 

35 Arifin Fither

Arifin dulu anak diasuh

Dengan harapan mampu berteguh

Sebagai putra penerus jiwa

Hibar Karuhun warisan lama                           

Tetapi sayang telah memihak

Kepada lawan maka tertolak

Sejarah memang engkau lupakan!

(H6/05/04/2002)

[Back]

 

 

36 Kedua Lurah

Kedua lurah yang terabaikan

Sekarang sudah menjadi kawan

Sehingga jalan untuk berjuang

Semakin kokoh dapat digalang          

Semoga tetap teguh bersaksi

Memberi rasa percaya diri

Jadilah kawan malah sahabat!

(H6/05/04/2002)

[Back]

 

 

Bapak Tercinta

 

37 Di Tepi Jalan

Di Unur Gede jauh di sana

Terbaring jasad bapak tercinta

Di tepi jalan yang dulu sunyi

Ada paritnya mengitar sisi                               

Bersama kawan seperjuangan

Ia terhilang dan dilupakan

Di kala jaman sedang bergolak!

(H7/06/04/2002)

[Back]

 

 

                     38 Di Tengah Malam

Ikut berjuang membela bangsa

Turut bertempur untuk merdeka

Karena ingin membela rakyat

Hidupnya putus berakhir tamat      

Sebagai tokoh barisan tani

Terkena juga hukuman mati

Di tengah malam di Unur Gede!

(H7/06/04/2002)

[Back]

 

 

39 Di Kala Sedih

Istrinya sempat masuk penjara

Untuk sesaat jadi tersangka

Membawa anak yang masih bayi

Sehingga tumbuh sehat teruji                         

Tetapi untung akhirnya bebas

Dari tahanan ia dilepas

Di kala masa prahara usai!

(H7/06/04/2002)

[Back]

 

 

40 Di Kala Susah

Begitu banyak buah kandungan

Tak boleh jadi anak buangan

Berbekal rasa percaya diri

Tantangan hidup kuatkan hati

Supaya kelak bangkit berjaya

Sebagai warga tidak berdosa

Di masa itu beban ditanggung!

(H7/06/04/2002)

[Back]

 

 

41 Di Masa Tua

Anak-anaknya rajin belajar

Lalu bekerja setelah pintar

Setelah mampu untuk menikah

Satu persatu cucu lahirlah                             

Dari prahara wujud bencana

Hidup terjaga nama dibela

Di alam sana bapak tersenyum!

(H7/06/04/2002)

[Back]

 

 

                     42 Di Unur Gede

Berpuluh tahun telah berlalu

Semenjak hidup terpisah dulu

Ke Unur Gede datang mencari

Melepas rasa rindu di hati

Istri dan anak panjatkan doa

Menantu ikut cucu berbangga

Di jaman dulu kakek berjuang!

(H7/06/04/2002)

[Back]

 

 

Kenangan Lama

 

43 Masa Remaja

Di lepas pantai Selatan Jawa

Nusakambangan bagai menjaga

Seberang sini kota Cilacap

Di mana dulu rasa terucap                              

Untuk memandang ke masa depan

Diiring doa penuh harapan

Semoga kita terus bersama!

(H7/06/04/2002)

[Back]

 

 

44 Urung Menyatu 

Demi menjawab panggilan hati

Supaya kelak dapat berbakti

Langkah diturut jalan terpisah

Berbulat tekad untuk sekolah        

Walaupun masih dapat bertemu

Akhirnya hidup urung menyatu

Ternyata kita berpisah jalan!

(H7/06/04/2002)

[Back]

 

 

45 Rasa Beralih

Entah mengapa pada akhirnya

Beralih pula curahan rasa

Pada lainnya ingin memberi

Setelah yakin kepada janji                              

Kenangan lama kota Cilacap

Terasa bagai angin sekejap

Sekarang kita putus hubungan!

(H7/06/04/2002)

[Back]

 

 

46 Ingat Padamu

Menempuh jalan yang cukup panjang

Bertambah umur beda memandang

Nyatanya janji tidak sempurna

Terlalu sering dilanggar alpa

Terkadang rasa sesal di hati

Hantui diri sepanjang hari

Sekarang aku ingat padamu!

(H7/06/04/2002)

[Back]

 

 

Doa Seruan

 

47 Pujangga Alam

Wahai pujangga semesta alam

Yang berbicara siang dan malam

Bagaikan raja memberi titah

Untuk merangkai syair yang indah                  

Agar dunia senyum berseri

Terhibur oleh nyanyian hati

Dengarlah, dengar, doa seruan!

(H7/06/04/2002)

[Back]

 

 

48 Semangat Hidup

Berilah rasa di dalam kata

Nuansa cinta kidung asmara

Nyalakan api di dalam hati

Semangat hidup pemberi arti         

Bangunkan jiwa yang tidur lelap

Agar kembali mampu berharap

Dengarlah, dengar, doa seruan!

(H7/06/04/2002)

[Back]

 

 

49 Kugubah Kidung

Dari padamu wahai pujangga

Akan kugubah kidung semesta

Ketika syair yang tujuh baris

Dengan puisi menyatu manis                          

Dengan Soneta terus bermadah

Bersama syair bebas melangkah

Dengarlah, dengar, doa seruan!

(H7/06/04/2002)

[Back]

 

 

50 Cahaya Alam

Kudengar Zarathustra bersabda

Kala kurenungkan Gatha Yasna

Kini aksara dalam puisi

Ingin kugapai ke lubuk hati            

Sehingga kelak kulihat terang

Menyinar bumi bagaikan bintang

Dengarlah, dengar, doa seruan!

(H2/15/04/2002)

                            [Back]    

 

 

[BeN Poetica [Puisi Rima]

 

 

 Copyright©soneta.org 2004  
 For problems or questions regarding this web contact
[admin@soneta.org] 
Last updated: 11/06/2015