[ 2002 ] ****************************************************************************************** 01 Nusantara Pujangga, Nusantara, Kebayoran, Jakarta, Selasa, 19 Maret 2002 02 Nusantara Asmara, Nusantara, Kebayoran, Jakarta, Rabu, 20 Maret 2002 03 Dialektika, Revolusi Kita, Cibubur, Depok, Rabu, 20 Maret 2002 04 Dinamika, Revolusi Kita, Cibubur, Depok, Rabu, 20 Maret 2002 05 Romantika, Revolusi Kita, Cibubur Depok, Rabu, 20 Maret 2002 06 Orde Revolusi, Republik Kita, Cibubur, Depok, Rabu, 20 Maret 2002 07 Orde Rekonstruksi, Republik Kita, Cibubur, Rabu, 20 Maret 2002 08 Orde Reformasi, Republik Kita, Jakarta, Rabu, 20 Maret 2002 09 Bersemi Musim, Goresan Pena, Jakarta, Jumat, 22 Maret 2002 10 Di Mana Rumah, Katanya, Kebayoran, Jakarta, Selasa, 2 April 2002 11 Katanya Hilang, Katanya, Kebayoran, Jakarta, Selasa, 2 April 2002 12 Katanya Kejam, Katanya, Kebayoran, Jakarta, Selasa, 2 April 2002 13 Katanya Bohong, Katanya, Kebayoran, Jakarta, Selasa, 2 April 2002 14 Tulikan Diri, Katanya, Kebayoran, Jakarta, Selasa, 2 April 2002 15 Curahan Hujan, Di Kala Hujan, Kebayoran, Jakarta, Rabu, 3 April 2002 16 Suara Alam, Di Kala Hujan, Kebayoran, Jakarta, Rabu, 3 April 2002 17 Meniti Jalan, Di Kala Hujan, Kebayoran, Jakarta, Rabu, 3 April 2002 18 Jalan Berlumpur, Di Kala Hujan, Kebayoran, Jakarta, Rabu, 3 April 2002 19 Meniti Jalan, Di Kala Hujan, Kebayoran, Jakarta, Rabu, 3 April 2002 20 Jumpa Pertama, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002 21 Gencar Bertanya, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002 22 Tanya Berulang, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002 23 Hilang Suara, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002 24 Suka Padamu, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002 25 Gayung Bersambut, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002 26 Masa Pertama, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002 27 Mulai Berbantah, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002 28 Rasa Cemburu, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002 29 Tidak Percaya, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002 30 Putus Akhirnya, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002 31 Rasa Kecewa, Cinta Remaja, Kebayoran, Jakarta, Kamis, 4 April 2002 32 Guru Engkas, Pasir Buncir, Kebayoran, Jakarta, Jumat, 5 April 2002 33 Tuan Romadin, Pasir Buncir, Kebayoran, Jakarta, Jumat, 5 April 2002 34 Kakang Paniyo, Pasir Buncir, Kebayoran, Jakarta, Jumat, 5 April 2002 35 Arifin Fither, Pasir Buncir, Kebayoran, Jakarta, Jumat, 5 April 2002 36 Kedua Lurah, Pasir Buncir, Kebayoran, Jakarta, Jumat, 5 April 2002 37 Di Tepi Jalan, Bapak Tercinta, Kebayoran, Jakarta, Jumat, 5 April 2002 38 Di Tengah Malam, Bapak Tercinta, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002 39 Di Kala Sedih, Bapak Tercinta, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002 40 Di Kala Susah, Bapak Tercinta, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002 41 Di Masa Tua, Bapak Tercinta, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002 42 Di Unur Gede, Bapak Tercinta, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002 43 Masa Remaja, Kenangan Lama, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002 44 Urung Menyatu, Kenangan Lama, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002 45 Rasa Beralih, Kenangan Lama, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002 46 Ingat Padamu, Kenangan Lama, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002 47 Pujangga Alam, Doa Seruan, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002 48 Semangat Hidup, Doa Seruan, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002 49 Kugubah Kidung, Doa Seruan, Kebayoran, Jakarta, Sabtu, 6 April 2002 50 Cahaya Alam, Doa Seruan, Kebayoran, Jakarta, Senin, 15 April 2002
******************************************************************************************
01 Nusantara PujanggaSungguh tanah pujaan para pujangga Yang bermadah dengan segenap cintanya Kala benderang malam bulan purnama Membuai nusa idaman putra bangsa
Sejarah lamanya tak menjadi sirna Abadi dalam kidung dipuja rasa Seakan yang dulu hidup masih ada Di alunan irama nyanyian mesra
Wangi setanggi harumkan pura saba Gerak penari hiburkan cipta rasa Debar asmara hidupkan jiwa raga Puja pedanda sucikan alam raya
Di Jawadwipa tanah pusaka bangsa Semarak jiwa agungkan Nusantara Darinya lahir kasih sayang semesta Membawa surga hadir dalam dunia (Nusantara) (H3/19/03/2002)
02 Nusantara AsmaraNusantara kini penuh tanda tanya Setelah sirna jiwa bertatah cinta Sumber pesona yang memukau dunia Teladan seluruh umat manusia
Bila cinta sekarang bagai terlupa Di tengah gemuruhnya silang sengketa Jangan kiranya bangsa berputus asa Tinggalkan harapan berhenti berdoa
Dengarlah kembali amanat pujangga Yang jiwanya dirasuk rasa asmara Kepada nusa dan sejarah lamanya Agar terkenang masa cinta pertama
Sebab pujangga tuturkan sabda cinta Menggugah kalbu serta meminta surga Mohon datangnya cinta yang dulu ada Agar bersinar cahaya Nusantara (Nusantara) (H4/20/03/2002)
Ketika jaman semakin tua Dalam usia tambah dewasa Banyak pandangan perlu diganti Supaya hidup tidak berhenti Sebab tertahan ukuran usang Serta masa lalu yang membayang Nilai pandangan baru dibentuk Lalu digelar untuk dirujuk Dengan mengkaji ragam pilihan Sebagai bahan untuk pikiran Cara yang lama kini diserang Digempur agar tergoyah tumbang Lama dan baru berlaga seru Dalam benturan riuh beradu Sehingga timbul bentuk pandangan Yang lahir untuk jadi pedoman Dari kancah olahan alami Berlanjut hidup gerak hayati (Revolusi Kita) (H4/20/03/2002)
04 DinamikaGema suara pembaharuan Gaungnya riuh di pendengaran Merasuk hingga ke lubuk hati Menggugah rasa semangat diri Tersulut api semangat juang Untuk singkirkan yang telah usang Niat kehendak telah bertumbuh Walau curiga keras menuduh Bahwa dasarnya harapan palsu Impian kosong tak tahu malu Bahkan kurangnya rasa bersyukur Ataupun sikap hati takabur Tetapi jaman menuntut keras Agar yang baru tampillah tegas Mendobrak benteng aturan lama Mengganti jalan pikiran tua Supaya hidup diatur ulang Dalam semangat baru digalang (Revolusi Kita) (H4/20/03/2002)
Indahnya hidup amat menawan Menggairahkan penuh tantangan Tiada pernah menjadi tua Selalu baru di awal masa Padanya ada kobaran hasrat Gerakan batin gelora dahsyat Indahnya hidup mendorong juang Untuk meraih tingginya bintang Menopang rindu harapan insan Sesuai gambar bayangan jaman Gemuruh alam menghentak jiwa Ketika masa yang baru tiba Indahnya hidup wasiat rakyat Adalah sumber api semangat Untuk berbuat tanpa berlelah Bagi Marhaen juga Sarinah Sebagai wujud cinta sejati Gairah murni asmara suci (Revolusi Kita) (H4/20/03/2002)
Pergantian serempak terjadi Di seluruh permukaan bumi Angin perubahan yang berhembus Di mana-mana gencar menembus Nusantara yang tertidur lama Kini tergugah dan bangkit pula Tak mau lagi bangsa dijajah Sebagai hamba sudahlah lelah Getar suara iring senjata Tolak bendera bangsa Belanda Para pemuka tegas menentang Laskar pemuda maju berjuang Darah tertumpah basahi bumi Agar terbebas rakyat negeri Setelah lama bertahan sakit Bangsa yang baru sekarang bangkit Merdeka bangsa bebaslah rakyat Seiring niat sesuai hasrat Namun politik dalam negeri Tetaplah rusuh belum berhenti Kawan sebangsa saling melawan Bekerja sama masihlah enggan Geram semangat belum terhapus Angin sengketa masih berhembus (Republik Kita) (H4/20/03/2002)
Gejala perpecahan merebak Semakin lama semakin tampak Walau sebangsa telah terbagi Akibat beda ideologi Kecamuk perang saudara timbul Kala semua mencari unggul Darah membasah bumi persada Bersama tetesan air mata Rakyat menanggung derita lapar Jatuh tersungkur golek terkapar Sulitnya hidup membuat marah Sehingga hampir negara pecah Majulah kini prajurit bangsa Mengambil alih tampuk kuasa Politik jangan lagi dilamun Haruslah ekonomi dibangun Dalam kendali bangsa ditata Dengan disiplin gaya tentara Hasrat materi makin berkembang Lunturkan jiwa semangat juang Partai dan Golonganpun diatur Diajar untuk tulus bersyukur Seorang tokoh terus dipilih Untuk memimpin nusa terkasih (Republik Kita) (H4/20/03/2002)
Dalam harapan makmurnya bangsa Teknologipun ikut dicoba Terbang pesawat menukik tajam Seiring dengan krisis tersuram Hutang bertumpuk, negeri resah Presiden mundur, rakyat gelisah Bingung melanda rusuh mengganas Hidup semakin bertambah keras Deru kampanye landa negeri Rakyat memilih turut nurani Tapi ternyata para pemimpin Belum teruji mampu menjamin Antara satu dengan lainnya Saling menuding bersilang kata Malah terkadang jalan tersesat Lupa dirinya dipilih rakyat Entah kemana maunya bangsa Dalam meniti sejarah masa Ketiga orde telah dikenal Apakah lagi yang masih tinggal? Tapi apapun yang akan lahir Orde Republik tetap kan hadir Sebagai wujud pesan warisan Jiwa pejuang para pahlawan (Republik Kita) (H4/20/03/2002)
09 Bersemi MusimMusim semi tak ada di sini Yang ada hanya pagi nan sunyi Mawar segar merebak di sana Di kebunku tak ada harumnya Jiwa yang dulu penuh gairah Kini seakan enggan bermadah Sampai aku terbawa ke ujung Pucuk kenangan kala merenung Teringat lapang hijau membayang Cerah membuat hatiku senang Musim semi di awal yang baru Terasa lembut usik hatiku Maka kuingin undang sekarang Agar bersemi mengusir remang Supaya alam yang kini murung Terhibur merdu kicauan burung Lalu kembang di taman merekah Membuat alam semakin indah Sehingga hidup jadi ceria Tampak menarik penuh pesona Ketika datang untuk bersemi Semangat baru di dalam hati Selamat Tahun Baru Kuucapkan PadamuSemoga Musim Semi Menghibur Tiap Hati (ZE 1 Farvardin 3769) (AD 21 Maret 2002) (Goresan Pena) (H6/22/03/2002)
Katanya!
Di mana rumah kediamanku Yang cukup asri walaupun rapuh Tempatku tidur beradu siku Saling berdesak berhimpit tubuh Di mana rumah kesayanganku Yang amat mungil berbau peluh Mengapa kini tak ada lagi? (H3/02/04/2002)
11 Katanya HilangKatanya lenyap tersapu banjir Akibat hujan yang datang mampir Katanya sudah dihancur lebur Tanpa berbekas kena digusur Katanya memang harus dibongkar Sebab mudahnya jadi terbakar Katanya rumahku bukan rumah! (H3/02/04/2002)
Apa kataku aku tak tahu Hanya kutahu apa katanya Tapi katanya buatku pilu Terlunta-lunta hidup merana Sebab katanya aku benalu Tidak kan mampu menjadi warga Betapa kata begitu kejam! (H3/02/04/2002)
Padahal dulu indah katanya Membuai rasa buat terlena Sehingga bangga rasa hatiku Dianggap warga pantas ditiru Katanya aku kaum yang rajin Maka nasibku pasti dijamin Tapi katanya kini berubah! (H3/02/04/2002)
Katanya lidah tidak bertulang Apa katanya serba tergantung Sehingga kerap kali menyimpang Sesuai apa yang bikin untung Pantaslah kalau nasibku malang Oleh katanya yang buat bingung Haruskah aku tulikan diri? (H3/02/04/2002 )
Di Kala Hujan
Hujan turun di bumi Caringin Angin menggoyang pohon beringin Galangan tanah banyak yang longsor Terpuruk bagai ke dalam bokor Air sungai yang keruh mengalir Jauh menuju ke ujung akhir Di kala hujaan semua basah! (H4/03/04/2002)
16 Suara AlamGelegar guntur terdengar megah Bangunkan hati yang sedang lelah Riuh bergema suara alam Membawa rasa ke masa silam Ketika dulu jalan berhujan Berbasah kuyup sekujur badan Melarut hanyut menyatu utuh! (H4/03/04/2002)
Meniti jalan di Lemah Duhur Sambil menggali pikiran luhur Langkah menuju ke desa Tangkil Kala diusik rasa memanggil Datanglah kawan, datang kemari Kami yang rindu sedang menanti Seruan lembut halus terdengar! (H4/03/04/2002)
18 Jalan BerlumpurLegok Antrem di balik rimbunan Menjauh samar dari pandangan Jalanan licin basah berlumpur Membuat hati rasa terhibur Hujan yang turun masih menderas Bagaikan beban tercurah lepas Membuat segar diri kelana! (H4/03/04/2002)
Kala tiba di Bumi Kawastu Terobat hati yang sedang rindu Begitu tulus sambutan hangat Membuat diri merasa nikmat Walau rasanya penat dan letih Kalbu mengucap terima kasih Di kala hujan membasah bumi! (H4/03/04/2002)
Cinta Remaja
Kala pertama di awal waktu Terucap samar seolah ragu: 'Senang hatiku boleh kenalan, Terlebih bila boleh berkawan' Lalu terhenti karena bingung Garuk kepala sebabnya canggung Apakah lagi dapat diucap? (H5/04/04/2002)
'Sekolah kamu kelas berapa? Di mana rumah, nomor berapa?' Ingin ungkapkan rasa di hati Tapi ternyata belum berani Padahal ramah senyumnya sambut Menggoyah rasa yang kalang-kabut Betapa manis, cantik sekali! (H5/04/04/2002)
Tanya dijawab tanya kembali Sudah ditanya diulang lagi Membuat geli gadis remaja Sorot matanya tampak jenaka Melihat pipi yang halus lembut Semakin diri merasa kalut Akan sukakah dia padaku? (H5/04/04/2002)
Pada waktunya tiada tahan Ingin segera mulai pacaran Bingung kembali seperti dulu Duduk terpaku bagaikan gagu Seolah tahu gadis bertanya: 'Mengapa terdiam? Ada apa? Hilang suara makin terdiam! (H5/04/042002)
Tubuh menggigil, keringat dingin Didera rasa hati yang ingin Sambil berdoa memohon surga Terucap juga terbata-bata: 'Saya merasa suka padamu! Apakah kamu juga begitu?' Terlepas beban oleh kalimat! (H5/04/04/2002)
Tersenyum lembut gadis menatap Membuat hati ingin meratap Sudah terpaksa menanggung malu Terlebih bila dia tak mau Lalu terdengar membuat suka: 'Sungguhkah tulus yang engkau rasa?' Ternyata gayung telah bersambut! (H5/04/04/2002)
Hidup bagai bertabur permata Indah di hari-hari pertama Kesana-sini bersama pergi Tidak terpisah dua sejoli Bila sehari tidak bertemu Hatipun susah karena rindu Rasanya pasti memang berjodoh! (H5/04/04/2002)
Tapi remaja masih mencari Jalan hidupnya yang belum pasti Tambatan hati belum terkira Di masa muda yang penuh goda Walaupun tulus ingin menyayang Tidaklah ingin hidup dikekang Lalu akhirnya mulai berbantah! (H5/04/04/2002)
Suara ketus terdengar geram: 'Kemana kamu pergi semalam?' Rasanya sulit untuk menjawab Hati remaja yang sedang kalap Diamnya kata jadi masalah Dianggap pasti berbuat salah Cinta ternyata berduri-duri! (H5/04/04/2002)
Ternyata susah jadi lelaki Untuk bersikap selalu pasti Sebab jawaban terus ditolak Oleh tatapan mata yang galak Bingung rasanya tak dipercaya Dianggap orang yang memperdaya Ternyata cinta penuh kemelut! (H5/04/04/2002)
Dulunya ingin jumpa selalu Akhirnya kini mangkir melulu Hingga murkalah gadis tercinta Dengan dinginnya mengucap sabda: 'Sejak sekarang kita berpisah, Sudah bosan aku mengalah' Betapa mutlak kata-katanya! (H5/04/04/2002)
31 Rasa KecewaWalau dibujuk bahkan dirayu Kekasih tak lagi mau tahu Katanya dengan mata mendelik: 'Pokoknya kita sudahan! Titik!' Maka terpaksa melangkah pulang Seperti orang yang kalah perang Sungguh kecewa telah berakhir! (H5/04/04/2002)
Pasir Buncir
Ki Guru Engkas Kasmawinata Pandai melucu membuat tawa Banyak cerita yang menggemparkan Juga lelucon yang menghebohkan Jenaka sungguh sikapnya kocak Seakan memang asli pelawak Pasti muridnya terhibur senang! (H6/05/04/2002)
Ki Lanceuk bageur nama Romadin Cerdas akalnya pasti dijamin Sungguh mengenal berbagai liku Urusan tanah selalu tahu Di kala buntu tak ada jalan Celah yang jitu ia temukan Banyak masalah ia atasi! (H6/05/04/2002)
Paniyo kecil sangat setia Sejak dahulu tak pernah alpa Tetapi kini dalam kemelut Sering terlihat bagaikan kalut Tidak terbaca geraknya langkah Untuk pahami tidaklah mudah Apa maunya dia sekarang! (H6/05/04/2002)
Arifin dulu anak diasuh Dengan harapan mampu berteguh Sebagai putra penerus jiwa Hibar Karuhun warisan lama Tetapi sayang telah memihak Kepada lawan maka tertolak Sejarah memang engkau lupakan! (H6/05/04/2002)
Kedua lurah yang terabaikan Sekarang sudah menjadi kawan Sehingga jalan untuk berjuang Semakin kokoh dapat digalang Semoga tetap teguh bersaksi Memberi rasa percaya diri Jadilah kawan malah sahabat! (H6/05/04/2002)
Bapak Tercinta
Di Unur Gede jauh di sana Terbaring jasad bapak tercinta Di tepi jalan yang dulu sunyi Ada paritnya mengitar sisi Bersama kawan seperjuangan Ia terhilang dan dilupakan Di kala jaman sedang bergolak! (H7/06/04/2002)
38 Di Tengah MalamIkut berjuang membela bangsa Turut bertempur untuk merdeka Karena ingin membela rakyat Hidupnya putus berakhir tamat Sebagai tokoh barisan tani Terkena juga hukuman mati Di tengah malam di Unur Gede! (H7/06/04/2002)
Istrinya sempat masuk penjara Untuk sesaat jadi tersangka Membawa anak yang masih bayi Sehingga tumbuh sehat teruji Tetapi untung akhirnya bebas Dari tahanan ia dilepas Di kala masa prahara usai! (H7/06/04/2002)
Begitu banyak buah kandungan Tak boleh jadi anak buangan Berbekal rasa percaya diri Tantangan hidup kuatkan hati Supaya kelak bangkit berjaya Sebagai warga tidak berdosa Di masa itu beban ditanggung! (H7/06/04/2002)
Anak-anaknya rajin belajar Lalu bekerja setelah pintar Setelah mampu untuk menikah Satu persatu cucu lahirlah Dari prahara wujud bencana Hidup terjaga nama dibela Di alam sana bapak tersenyum! (H7/06/04/2002)
42 Di Unur GedeBerpuluh tahun telah berlalu Semenjak hidup terpisah dulu Ke Unur Gede datang mencari Melepas rasa rindu di hati Istri dan anak panjatkan doa Menantu ikut cucu berbangga Di jaman dulu kakek berjuang! (H7/06/04/2002)
Kenangan Lama
Di lepas pantai Selatan Jawa Nusakambangan bagai menjaga Seberang sini kota Cilacap Di mana dulu rasa terucap Untuk memandang ke masa depan Diiring doa penuh harapan Semoga kita terus bersama! (H7/06/04/2002)
Demi menjawab panggilan hati Supaya kelak dapat berbakti Langkah diturut jalan terpisah Berbulat tekad untuk sekolah Walaupun masih dapat bertemu Akhirnya hidup urung menyatu Ternyata kita berpisah jalan! (H7/06/04/2002)
Entah mengapa pada akhirnya Beralih pula curahan rasa Pada lainnya ingin memberi Setelah yakin kepada janji Kenangan lama kota Cilacap Terasa bagai angin sekejap Sekarang kita putus hubungan! (H7/06/04/2002)
Menempuh jalan yang cukup panjang Bertambah umur beda memandang Nyatanya janji tidak sempurna Terlalu sering dilanggar alpa Terkadang rasa sesal di hati Hantui diri sepanjang hari Sekarang aku ingat padamu! (H7/06/04/2002) Doa Seruan
Wahai pujangga semesta alam Yang berbicara siang dan malam Bagaikan raja memberi titah Untuk merangkai syair yang indah Agar dunia senyum berseri Terhibur oleh nyanyian hati Dengarlah, dengar, doa seruan! (H7/06/04/2002)
Berilah rasa di dalam kata Nuansa cinta kidung asmara Nyalakan api di dalam hati Semangat hidup pemberi arti Bangunkan jiwa yang tidur lelap Agar kembali mampu berharap Dengarlah, dengar, doa seruan! (H7/06/04/2002)
Dari padamu wahai pujangga Akan kugubah kidung semesta Ketika syair yang tujuh baris Dengan puisi menyatu manis Dengan Soneta terus bermadah Bersama syair bebas melangkah Dengarlah, dengar, doa seruan! (H7/06/04/2002)
Kudengar Zarathustra bersabda Kala kurenungkan Gatha Yasna Kini aksara dalam puisi Ingin kugapai ke lubuk hati Sehingga kelak kulihat terang Menyinar bumi bagaikan bintang Dengarlah, dengar, doa seruan! (H2/15/04/2002)
|
Copyright©soneta.org 2004
|