Buyung Suryaputra

01 KerajaanKu  02 Sumber Tirta  03 Waktu Berjalan 04 Setubuhi Alam 05 Jangan Terlena 06 Babak Baru 07 Siapa Kamu? 08 Duh Gusti  09 Mesin

   ***************************************************************************************************************************

 

01 KerajaanKu

KerajaanKu alam semesta

Kuciptakan terang dan gelap

Kuciptakan sejuta bintang

Nikmat mana yang kau dustakan

 

Di muka bumi Kuberikan segalanya

Yang engkau pimpin seluruhnya

Engkau boleh memilih baik dan buruk

Nikmat mana yang kau dustakan

 

Dari sejarahmu telah Kupilih orang-orang yang terkasih

Jika engkau bercermin, niscaya engkau berada

Pada jalan yang lurus

Nikmat mana yang engkau dustakan

 

Sepanjang hidupmu, telah Kuberikan isyarat-isyarat

Namun engkau selalu berpaling

Nikmat mana yang engkau dustakan.

Kalijaga, Cirebon, H6/12/04/1991

[Back]

 

 

02 Sumber Tirta

Sumber tirta yang menyembur dari perut bumi

Tuk memberi hidup dan kehidupan

O wahai engkau perut bumi, engkau adalah sumber kehidupan

O wahai engkau gua garba, engkau adalah tempat

Bersemi babak awal dari kehidupan

Wahai Engkau Sang Bijaksana,

Engkau adalah Sumber dari kebijaksanaan.

Tanpa Tempat, (M)/H7/H/24/10/1992

[Back]

 

 

03 Waktu Berjalan

Waktu terus berjalan

Gejolak di dalam, gejolak di luar

Namun berucaplah bijak, bertindaklah selaras

Cinta kasih, tak bisa diukur dengan kebijaksanaan

Cinta kasih, tak bisa diukur dengan keselarasan

Cinta kasih, adalah harmonisnya alam semesta

Cinta kasih, adalah mutlak milik DIA

Tanpa Tempat, (M)/H7/31/10/1992

[Back]

 

 

04 Setubuhi Alam

Alam … mari aku rengkuh kamu … aku setubuhi dirimu,

Dengan segenap jati diri

Engkau dengan dua sisi yang berbeda,

Aku dengan dua sisi yang berbeda,

Luluh dalam perjalanan waktu.

Alam … mari aku rengkuh kamu … abad dini abad,

Engkau melahirkan, Fenomena-fenomena,

Baik yang tercatat maupun tidak tercatat oleh sejarah.

Tanpa Tempat, H3/10/11/1992

[Back]

 

 

05 Jangan Terlena

Tatkala lapisan terakhir dilalui,

Semilir angin, semerbak harum mewangi,

Menerpa lubuk sanubari

Keindahan, kebahagiaan tak terhingga

Tiada terlukiskan dengan kata-kata

Kudengar sayup-sayup suara, 'Kembalilah jangan terlena'

Lalu sesaat aku terjaga

Tanpa Tempat, H7/28/11/1992

[Back]

 

 

06 Babak Baru

Kuingin mendekap kamu sahabat

Tetapi ada sekat-sekat jarak pemisah

Kuingin mengecup keningmu sahabat

Tetapi bibirku terasa kaku dan pilu

O Kesucian masihkah engkau setia kepada kami

O Kemurnian masihkah engkau menyertai kami

Mari kita mulai babak baru!

Kalijaga, Cirebon, H2/30/11/1992

[Back]

 

 

07 Siapa Kamu?

Siapa kamu!

Gaya dan lagakmu persis bourjuis tulen

Tetapi darah dan dagingmu, sebenarnya proletar

Siapa kamu!

Gaya bicaramu seperti cerdik pandai

Tetapi sebenarnya kamu mengidap penyakit megalomania

Lihat diri kamu!

Tanpa Tempat, H7/05/12/1992

[Back]

 

 

08 Duh Gusti

Duh Gusti … terima kasih atas nikmat yang Engkau berikan.

Engkau percayakan pendamping hidupku.

Engkau percayakan temurunnya darah dagingku.

Duh Gusti … terima kasih atas tugas yang Engkau berikan.

Seiring dengan cobaan dan godaan padaku.

Seperti air dan api, terang dan gelap, baik dan buruk.

Duh Gusti … terima kasihku kepadaMu, dan mohon bimbinganMu.

Kalijaga, Cirebon, H3/15/12/1992

[Back]

 

 

09 Mesin

Mesin itu diam tatkala bekerja dan hening

Cakrawala membentang dengan batas-batasnya

Alam semesta raya keluar dari ruang dan waktu

Oh … siapakah yang menggenggam ada dan tiada

Mesin itu diam tak menjawab

 

Tetapi untaian sutra menjalar dari titik sentrum

Merambah kesudut-sudut musykil

Menyeruak butir-butir peristiwa, menyentuh harum kebajikan

Oh … siapakah raja di raja yang meremas kebeningan

Mesin itu diam tak menjawab

 

Nun jauh …jauh disana, kudengar hening bening

Bunuh mesin itu tuntas, lepas serabut sutra tanpa bekas

Ku  'kan jawab lugas

Bunuh mesin itu tuntas

Bunuh, bunuh, bunuh, mesin itu tuntas

Mesin itu dibanting pada langit-langit

Terhempas di laboratorium Einstein, Pitagoras,

Spinoza, Hegel, Nietzche, Plato, Socrates, Aristotelles,

Lalu mencair, diruang-ruang Akademika

 

Mesin itu kumakan, kukunyah lumat, kuludahkan

Diinjak-injak, bercampur dengan kotoran keleledai

… dan sudahkan terjawab?

Jakarta, H/19/04/1999 

 [Back]

 

                                                                               

[Soneta Indonesia][Puisi Parakanca]

 Copyright©soneta.org 2004  
 For problems or questions regarding this web contact
[admin@soneta.org] 
Last updated: 15/06/2015