Slamet Victor Panggabean

01 Perubahan 02 Perasaanku 03 Come To Him!04 Keindahan Alam I05 Keindahan Alam II

06 Pasti  07 Pohon Apel 08 Teman Setiaku 09 Terpujilah Tuhan!10 Gema Natal

****************************************************************************************************

01 Perubahan

Seiring seirama perubahan alam yang tak terhindarkan,

Manusia terikut dengan menyesuaikan hidupnya.

Bencana terdengar di mana-mana

Banjir, kemarau, gempa, kelaparan

Bahkan munculnya beraneka ragam

Jenis penyakit, dan juga aksi-aksi

Kekejaman muncul di antara manusia

Kreasi-kreasi manusia bermunculan

Saling mencari keunggulan demi kepuasan hati

Mereka yang dihadapi bencana mencari perlindungan

Dan mereka yang berhasil mencari untuk memberi

Jakarta, Tanpa Tanggal

[Back]

 

 

02 Perasaanku

Aku diciptakan dan dilahirkan sempurna seperti engkau

Tetapi siapa mengerti tentang perasaanku

Aku berbeban tanpa pemberhentian

Seperti siang tanpa cahaya matahari, malam tanpa cahaya bulan

Tetapi Tuhan maha tahu seluruh isi perasaan dan bebanku

Aku dipertemukan dengan engkau  

Seperti siang disinari, malam diterangi  

Tuhan memberkati! Jakarta, H6/30/10/1992

[Back]

 

 

03 Come To Him!

Who can stop the rain from falling

Who can stop the sun from shining

Who can stop the man from drowning

Come to Him!

Come to Him, what ever you need Him

Come to Him, when ever you need Him

That's where we go!

Praise be to God! H6/06/11/1992

[Back]

 

 

04 Keindahan Alam I

Pagi yang cerah, langit yang biru

Di bayang-bayangi kumpulan jejeran awan putih.

Di kejauhan terlihat samar tumpukan

Pulau-pulau di kelilingi dengan warna kehijauan.

Tertegun aku dengan kekaguman yang dalam,

Seolah berada di alam mimpi.

 

Di siang hari, matahari bersinar dengan

Megahnya menyinari alam sekitar,

Mengemban tugas ilahi memberi penghidupan

Kepada seluruh makhluk yang disinari.

Di dasar laut, aneka ragam makhluk

Berwarna warni melengkapi kombinasi

 

Keindahan alam yang tak terlukiskan.

Hiruk pikuk ikan-ikan saling kejar kejaran,

Ada yang turut mengikuti yang besar

Sambil berlindung di bawah kekuasaannya,

Ada yang saling sikut sikutan ke kiri kekanan

Dalam mempertahankan miliknya

Dari pendatang yang merebut dan mengganggu.

 

Aku bersimpuh dan berenung, di dalam

Keindahan yang diciptakan sesempurna ini,

Seluruh makhluk bukan saja hanya diberi

Tinggal menikmati ternyata harus berperan

Dalam kancah persaingan

Agar turut dapat ikut menikmati.

 

Di malam hari, di dalam keheninganku

Seakan seluruh isi alam mendekat

Dalam bayang-bayang pikiran serta

Berseru "Pujilah Dia Sang Pencipta dan

Penguasa yang Pemberi dan juga Pengambil".

Pagi tiba kembali, kehidupan berputar lagi

Sesuai roda alamnya, hanya "Dia" merobah

Rimba serta tantangan hidup yang tak kunjung padam.

Pulau Pelangi, Jakarta, H6/13/11/1992

[Back]

 

 

05 Keindahan Alam II

Keindahan alam sekeliling membuatku tertegun kagum

Matahari bersinar dengan megahnya, mengemban tugas

Menyinari kehidupan seluruh mahluk yang disinari

Di dasar laut hiruk pikuk mahluk mengingatkanku

Pada kancah kehidupan.

Di dalam keheninganku,

Seluruh isi alam mendekat dalam bayang-bayang pikiran

Dan berseru:

'Pujilah Dia Sang Pencipta dan Penguasa.'

Pagi tiba kembali, kehidupan berputar lagi seiring roda alamnya.

Hanya 'Dia' merubah rimba serta tantangan hidup

Yang tak kunjung padam.

Tanpa Tempat, H2/16/11/1992

[Back]

 

 

06 Pasti

Bersukarialah aku dengan kehidupan yang diberi

Hari demi hari kulalui dengan pasti

Bekerja gigih tanpa letih

Demi kemajuan yang kucari

Mentari pagi kusambut dengan berseri

Pesona malam kusambut dengan bersaksi

Pengharapan tetap menanti

Tanpa Tempat, H7/21/11/1992

[Back]

 

 

07 Pohon Apel

Berbahagialah Engkau Hai Pohon "APEL"

Berdiri tegak tegap tak goyah

Biarpun diterpa badai di empat musim

Engkau menyumbang hikmat ke setiap insan

Engkau terdengar di setiap penjuru

Di musim semi bungamu mengundang senyum

Di musim panas buahmu menjadi penyegar

Tetapi ingat 'Misimu' adalah Hikmat

Karunia, karena Engkau adalah cipta

Tanpa Tempat, H7/28/11/1992

[Back]

 

 

08 Teman Setiaku

Ratapan matamu mencerminkan kesan penuh kekuatan.

Pola lakumu mencerminkan kesan penuh kesetiaan.

Di hadapanku engkau tersenyum seperti rembulan.

Di hadapanku engkau berkata seperti buah ranum.

Tugasmu adalah tugasku, bebanmu adalah bebanku.

Bertindaklah sesuai tugasmu, berlakulah sesuai hasratmu.

Engkau dan aku diharapkan bukan untuk dimangsa,

Melainkan untuk menjinakkan si pemangsa.

Tanpa Tempat, H7/05/12/1992

[Back]

 

 

09 Terpujilah Tuhan!

Terpujilah Engkau Tuhan atas KebesaranMu,

Kupuji Engkau dengan segenap batinku dengan segenap jiwaku.

Jikala aku kehausan, Engkau menyembuhkan dahagaku.

Jikala aku kelaparan, Engkau mengenyangkan perutku.

Jikala aku bersedih, Engkau menghiburku.

Jikala aklu berbeban, Engkau meringankan bebanku.

Jikala aku bersalah, Engkau memaafkanku

Berilah aku kekuatan untuk mempertahankan

Segala sesuatu yang telah Kucapai.

Lebak Bulus, Jakarta, H2/14/12/1992

[Back]

 

 

10 Gema Natal

Gema persiapan Natal terdengar dimana-mana.

Anak-anak bersukaria dengan perlengkapannya.

Tiba-tiba terdengar gemuruh hingar-bingar

Hingga berakhir dengan isak tangis.

Tubuh-tubuh bergelimpangan di beberapa sudut.

Tubuhmu tak sempat menyambut hari kelahiranNya.

Jiwamu menyambut penuh dengan sukacita.

Kita sambut Dia dengan sukacita,

Sebab Dia telah menyambut kita dengan penderitaan.

Tanpa Tempat, H1/20/12/1992 

[Back]

 

 

[Soneta Indonesia][Puisi Parakanca]

 Copyright©soneta.org 2004  
 For problems or questions regarding this web contact
[admin@soneta.org] 
Last updated: 16/06/2015