002 Rustam Effendi ( 1902 )

 

01 Mencahari  02 Mengeluh I  03 Mengeluh II 04 Lautan 05 Kepada Yang Bergurau

******************************************************************************************************

01 Mencahari

Bersalut ratna diselang emas berhari-hari,

Itulah kalung perjalanan hidupku,

Membenturkan kesenangan cahaya nubari,

Tiadalah pernah digetus pilu, rantaian mutu.

Menggeleng hati, menampik kata yang beta sebut,

Timbullah kurang, di untaian permata,

Merenggutkan gembiraku ke dalam selaput,

Menungan dada. Menurut beta, sepanjang data

Seperti sayap rajawali datang menyerang kalbu,

Menutup sinar persenyuman sejahtera,

Demikian kegelapan di dalam hatiku.

Seperti buta mencahari jalan, meraba-raba,

Begitu beta bergontaian seorangku,

Menuruti kebenaran tujuan bangsaku.           

                                                             [Back]

                                                                                        

 

02 Mengeluh I

Bukanlah beta berpijak bunga,

Melalui hidup menuju makam

Setiap saat disimbur sukar,

Bermandi darah dicucurkan dendam.

Menangis mata melihat makhluk,

Berharta bukan berhak pun bukan

Inilah nasib negeri ‘nanda,

Memerah madu menguruskan badan.

Ba’mana beta bersuka cita,

Ratapan ra’yat riuhan gaduh,

Membobos masuk menyatu kalbuku.

Ba’mana boleh berkata beta,

Suara sebat sedanan rusuh,

Menghimpit madah, gubahan cintaku.

                                                                                                    [Back]

 

 

03 Mengeluh II

Bilakah bumi bertabur bunga,

Disebarkan tangan yang tiada terikat,

Dipetik jari, yang lemah lembut,

Ditandai sayap kemerdekaan ra’yat?

Bilakah lawang bersinar Bebas,

     Ditinggalkan dera yang tiada berkata? 

Bilakah susah yang beta benam,

Dihembus angin, kemerdekaan kita?

Di sanalah baru bermohon beta,

Supaya badanku berkubur bunga,

Bunga bingkisan, suara sa’irku.

Di situlah bersuka beta,

Pabila badanku bercerai nyawa,

Sebab menjemput Manikam bangsaku.

                                          [Back]

 

04 Lautan

Terdengar derai ombak, bercerai,

Terhampar ke pantai, sorai terurai.

Mengaum deram, derum lautan,

      Walaupun di dalam malam yang kelam.

Terbentang muka, alun tiada,

Tergenang segara, tida’ terduga

Menyanam air, dalam arusan,

Satupun ta’ mungkin, dapat menyilam.

Demikianlah konon lautan hidup,

Bersabung ombak sebelah ke luar,

Bercatur rasaian, senang dan sukar.

Bagaimanakah artinya rahasia hidup?

Apakah ujud manusia bernyawa?

Seorang pun tiada mungkin menduga.

                                                                                                          [Back]

 

 

05 Kepada Yang Bergurau

O Engkau cucu Adam

Yang bermain di taman bunga, berteduh di bawah bahgia.

Alangkah senang sentosamu,

Menyedapi buah yang lezat, bertangkai di Pohon Asmara

O Engkau Ratna alam,

Yang bertilam kesuma nyawa, disimbur Asmara juwita,

Soraikan gelak suaramu,

Dipeluki tangan yang lembut, dicium, di riba Permata.

O  Engkau makhluk Tuhan,

Sepatah madah tolong dengarkan, tolong pikirkan,

Sekalipun tuan dalam bergurau.

Jauh bersunyi tolan

Seorang beta dalam berduka, tiap ketika,

Merindukan tanah dapat merdeka.     

                                                      [Back]

 

 

   

   

   

[Soneta Nusantara] - [Nusantara Sonnets]

COLDA Air Minum  Sehat                     COLDA Mineral Spring  Water                    Sumber Air Pegunungan diproses secara  Higienis      *** COLDA ***

 

Air Minum_C O L D A_ Air Minum 

Mineral Drinking Water

Hubungi Customer Service :

Jl. Palmarah Barat No. 353 / Blok B2 Jakarta Selatan

Phone: (62-21) 530 4843, 7062 1108

Pengelola Baktinendra Prawiro, Retno Kintoko

Pengelola Baktinendra Prawiro, Retno Kintoko

                                                                             

   

   

   

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 Copyright©soneta.org 2004  
 For problems or questions regarding this web contact
[admin@soneta.org] 
Last updated: 14/06/2015