

031 Mansur Samin ( 1930 )
***************************************************************************************************************************
Sesegar ini malam bersih
Sekeping jendela masih terbuka
Hati perawan di lengkung sunyinya
Bertahun surat tak datang
Menyubur rindu membagi kenang
Tapi jejaka tak kunjung pulang
Jejaka anak terbuang
Pencari larut, kutukan bumi
Hasrat sekampung lebih baik ia mati
Perawan menanti
Kekeringan kasih
Di teluk hati
Jejaka makin kerasan di tanah Jawa
Hidupnya terkubur dalam sajak
[Back]
Sekeping papan rimbun kembang lalang
Menyeling semak rumbia dan pokok tusam
Di sinilah kiranya tempatmu makam
Dikabarkan di front Selatan
Jiwa muda sering terbawa arus
Adakah itu nasibmu, adikku
Dari suratmu dulu berisi kata-kata garang
Masihkah ingat, apa kumaksud kesederhanaan?
Di bawah kemijap bintang dini malam
Memadat tangisku diam
Paman kita telah menyusulmu datang
Tinggallah adik
Memang hidupku sebaiknya tersisih
Arti perang sudah lama tak kumaklumi
[Back]
03 Desa Tinggal
Memisah puncak luasan
Segugus kecil jalan semak ke Selatan
Sampailah kiranya wilayah Angkola
Lenyap bertahun ditinggal pengembara
Secarik asap di kejauhan
Lebih mirip tikar pandan klabutan
Betapa ramai di situ dulu melincak alam
Kini berganti, benteng darurat dan gardu panjang
Bulir padimu kuning kemilau
Ke tanah rantau suling menghimbau
Desa tinggal di musim menuai ini
Menyentak ingatan kemelut hari-hari silam
Tapi kau dan aku, ah sebentar lagi
Lupakanlah perang, hidup baru menyinar di hadapan
[Back]
Ladang-ladang sepi langit bernyala
Berangkatlah ke mana saja
Antara nilai dan jiwa
Apa gunanya kita bicara
Hutan-hutan hening malam mengaca
Sedialah ingatan pasrah
Antara duka dan rana
Apa gunanya kita mendamba
Batas-batas tebing sungai kesumba
Saksikanlah korban binasa
Antara tangis dan gundah
Apa gunanya kita berhiba
Ancaman maut tiap penjuru
[Back]
[Soneta Nusantara] - [Nusantara Sonnets]