086 Eka Budianta ( 1956 )

 

01 Sungai Kemungkinan  02 Hanya Untuk Sungai  03 Senja Kasih Sayang 

04 Pemakaman Joglo  05 Ketika Indonesia Bertanya  06 Negeri Budianta

***************************************************************************************************************************

  

   

   

   

01 Sungai Kemungkinan

Seandainya kita ketemu malam ini

Aku tahu, kamu bukan sungai yang dulu.

Di pegunungan kamu jernih, gemericik.

Tapi di kota, bebanmu berat,

Keruh dan – aku tak mengenalimu –

Mungkin sudah digariskan

Aku sendiri menuju muara

Meskipun mungkin, hanya mungkin

Kita akan berkumpul di samudera.

Seandainya kita ketemu malam ini

Aku tahu, kamu tak akan mengenaliku.

Begitu banyak rahasia, begitu sukar

Menerima segala yang telah berubah

Dan hanya bagus dalam impian.

                           [Back]

 

 

02 Hanya Untuk Sungai

Tiba-tiba sungai itu teringat laut

Sungai mana tak boleh pergi ke laut

Sungai mana dilarang mengalir ke sana?

Ia marah, berteriak, meluap,

Membanjiri rumah-rumah mewah

Alam pun pucat menatapnya

Langit menangis sederas-derasnya

Hanya untuk sungai kamu menagis,

Aku tahu, aku merasa di pagi kelabu

Ketika hujan membasahi kota,

Ketika lampu-lampu masih terjaga

Dan penyair menyiapkan hati

Untuk segala yang akan terjadi,

Bila sungai tak mencapai lautnya

                                         [Back]

 

 

 

03 Senja Kasih Sayang

Akhirnya semua paham

Pagi yang cerah dan embun berkilauan

Telah menjadi masa lalu

Kupu-kupu yang terbang

Ditolak bunga demi bunga

Telah kehilangan sayap-sayapnya

Tinggal sore kering menunggu

Aku panggili nama-nama kecil

Tak ada lagi yang menyahut

Tak ada lagi mutiara di kuncup

Bunga-bunga telah lama layu

Tinggal pohon-pohon tua

Setelah menyeberangi hari

Mengaca pada sunyi

                       [Back]

 

 

04 Pemakaman Joglo

Misalnya ayah seorang komponis

Tentu satu lagu pemakaman telah bergema 

Di pekuburan sunyi-akhir juli yang sesak itu

Tapi ayahmu gagu-di bawah pohon akasia-

Tak ada teman bicara selain kamu

Sedang dunia mengatupkan bibirnya

Menyambut jasadmu untuk selamanya

Mestinya bunga-bunga tumbuh

Mendengar laguku, mendengar nyanyianku

Tapi ayahmu bungkam semilyar kata

Mendengarkan engkau pulang ke sunyi

Mendengarkan engkau kembali

Menyelinap ke bukit-bukit Illahi

Balik ke langit selamanya

                             [Back]

 

 

05 Ketika Indonesia Bertanya

Hari ini kudengar tanah air bertanya

Apa tandanya kamu cinta padaku?

Pada laut , pada pulau, gunung dan kota kujawab,

Ibu Pertiwi tak sia-sia lahirkan anaknya

Indonesia, tumpah darah bangsa yang setia,

Tak akan kubiarkan kamu diam dalam kegelapan

Mataharimu adalah semangat hidupku

Telah kuputuskan melewati jaman demi jaman,

Dengan cinta di tangan dan langkah bersama

Republik ini dibangun bukan untuk satu dua generasi

Bukan untuk 50, 100, atau 200 tahun

Di pantai masa lalu dan cakrawala masa depan

Telah kususun mimpi dan kerja kerasku

Sinar matamu, adalah hari depanku, Indonesia

 [Back]

 

 

06 Negeri Budianta

Tiba-tiba aku begitu yakin

Kamu tentu ingat padaku

Pada waktu berdiri melihat gunung

Menatap hutan dan jurang

Berkah dan kutukan Indonesia

Tiba-tiba aku begitu yakin

Di seberang lautan kamu memanggil

Namaku, hanya namaku

Betapapun sibuknya dunia

Air mata mengering tapi aku percaya

Cintamu setua angin

Berhembus mengitari bumi

Setia menyaksikan sejarah

Mati dan lahirnya negeri Budianta

                              [Back]

 

 

[Soneta Nusantara] - [Nusantara Sonnets]

Pengelola Baktinendra Prawiro, Retno Kintoko

Pengelola Baktinendra Prawiro, Retno Kintoko

  

   

   

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 Copyright©soneta.org 2004  
 For problems or questions regarding this web contact
[admin@soneta.org] 
Last updated: 14/06/2015