01 Panorama Alam Benda
Komputer di atas meja menjajakan peradaban
Debu melekat pada monitor
Asbak-asbak menganga merindukan abu
Puisi termenung sendiri
Wajahnya pucat lesi
Kalender dinding berkibar membawa pekabaran
Lukisan kebakaran hutan, gempa bumi, luka dan trauma
Jam mengeram dalam erang tertahan
Rumus-rumus statistik parametrik menghumus
Obat antseptik dan mesin tik berisik
Pada pilar-pilar waktu
Tiada debar haru
Ada yang merambat dan merayap di segenap urat
Tapi kiamat tak sempat tercatat
[Back]
02 Membaca Biografi Yang Membatu
Ayah mengajarkan bagaimana membaca sejarah
Sebuah wajah takkan berubah hanya lantaran limbah
Percayalah pada kesejukan lembah
Pada diam tugu batu
Segala lagu dan ngilu membeku di situ
Lihatlah sebuah bendera berkibar
Mengabarkan korban-korban bergelimpangan
Sungai-sungai mengalirkan banjir darah
Dan lautan merekam anyir kehidupan
Sejarah tak akan membelah diri
Menjadi bayi
Bicara pada sepi
Membagun biografi di atas duri-duri
Abadi mendekap luka ini
[Back]
03 Penjor Depan Kantor Gubernur
Mengukur jalan Kenangan
Inilah pameran instalasi abad ini, bisiku padamu
Tiba-tiba di udara terbuka sama kita baca
50 TAHUN INDONESIA CEMAS
Disangga pohon-pohon hayat meranggas pucat
Berjuta cahaya mengisyaratkan tanda-tanda bahaya
Ya, Allah aku memahami benderang lampu ini
Juga bebintang di langit yang wingit
Bergulung-gulung dalam relung empedu pahit
Ada yang bercahaya dalam hatiku: Engkau
Berenang dalam cahaya benderang
Hingga gemerlap dunia
Membuka rahasianya
Dan sungguh tiada makna
[Back]