01 Bersama Ibu di Tengah Malam
Ibu membelah makanan dengan pahat cahaya
Lahirlah samudra di mata tuanya
Mengapungkan harapan yang telah cerai-berai
Saat bulan padam dan kapal pecah oleh badai
Ibu mengapur langit dalam kesenyapan
Dipakunya kalender tua itu di sana
Lantas nama-nama dilekatkan di setiap angka
Terpatah-patah aku membaca dalam bahasa purba
Dan namaMu-kah setia mendengarnya?
Di balik malam ibu mengunyah dendam dengan doa
Aku dipaksa menguburnya di samudera cinta
Diterangi cahaya yang dilepas sayap bintang
Seperti ibu, aku tenggelam dalam tangisan
Untuk terus mengagungkan namaMu
[Back]
02 Dadang Menjadi Patung Tanah
Dari seribu ada engkau Satu
Dari seribu yang lain ada dia Satu
Seribu patung kaku dan bisu tak hanya di pinggir
Dihantam ombak dan siap tenggelam
Ribuan patung bisa dengan wajah seragam
Ada di kampus-kampus, pasar, pabrik dan parlemen
Di tengah pusaran peradaban
Tanah-tanah dikeruk rumah cinta ambruk
Angin pantai mengaguminya
Akankah engkau menjelma patung tanah
Membisu dan kaku?
Dari seribu patung tanah
Kuingin tak ada engkau Satu
[Back]
03 Pabrik Garmen
Bila lukamu nganga, jahitlah
Lantas kita merasa sudah biasa
Menjahit tangan, leher dan dada, dengan dalih
Menjaga tanggung jawab semata
Tapi kita tak kan pernah menjahit kepala. Sebab
Di sini tak kan pernah produksi topi
Kita juga sudah biasa
Menjahit kaki, selangkangan dan perut
Tak lupa biasa kita sediakan pintu. Di depan
Kemaluannya. Agar sesekali senjata kita mengintip dunia
Sementara di dada selalu kita sediakan pintu
Untuk dibuka. Agar selalu merasa ksatria
Ya, bila lukamu nganga jahitlah
Tapi tidak untuk mulutmu
[Back]
[Soneta Nusantara] - [Nusantara Sonnets]
Air Minum_C O L D A_ Air Minum
Mineral Drinking Water
Hubungi Customer Service :
Jl. Palmarah Barat No. 353 / Blok B2 Jakarta Selatan
Phone: (62-21) 530 4843, 7062 1108
Pengelola Baktinendra Prawiro, Retno Kintoko
Pengelola Baktinendra Prawiro, Retno Kintoko