106 Bambang J Prasetya ( 1965 )

 

01 Air Mata Ibu Pertiwi  02 Kelopak Dusta  03 Sehabis Baca Koran  04 Ranjang Bulan 

05 Duka Debu Kemarau  06 Mementori Natal I  07 Bulan Di Lobang Angin 

08 Metamorfose Ecstasy

***************************************************************************************************************************

  

   

   

   

01 Air Mata Ibu Pertiwi

Telah kutancapkan rinduku di dadamu

Telah kukantungkan kekuatanku di matamu

Meski semuanya membeku

Karena aku tak mampu menjadikan abu

Menggantikan tabur bunga

Aku tak ingin bulan tenggelam malam ini

Kerna aku tengah melihat api membakar rumahmu

Panasnya seperti membakar ketakutanku

Sewaktu tiba giliran kampungku dihanguskan

Mata air Tuhan yang diwariskan pada sungai-sungai

Danau-danau, laut-laut, sumur-sumur,

Tak lagi bisa memandamkan kobaran kesumat

Apalagi air mata yang kita punya

Sekalipun seluruh negri menangis

                                           [Back]

 

 

02 Kelopak Dusta

Aku cemas diburu bimbang

Perhelatan belum selesai

Sedang engkau telah bergegas berkemas

Matahari belum lagi menyapa

Jika waktunya tiba kini

Perkenankanlah aku mohon diri

Sebelum mendung menjadi hujan     

Potonglah aku atas sejarahmu

Yang kutulis dengan duri

Begitu banyak bunga-bunga layu

Tempat menyimpan rapat mengeringnya duka

Di ruang itulah kita bangun monumen kesepian

Karena langit tidak lagi menawarkan mimpi

Kuduskanlah tubuhku atas nama-Mu

                  [Back]

 

 

03 Sehabis Baca Koran

Di Timor masjid diruntuhkan

Di Situbondo Wihara dihanguskan

Di Tasikmalaya Gereja diporandakan

Begitu asingkah manusia mencintai

Rumah Tuhan-nya

Tempat saling mengisi batin

Agar penuh pundi-pundi pahala

Ah, aku hanya baca selembar Koran

Yang ditulis oleh manusia juga

Sedang peristiwa demi peristiwa berlalu

Seperti api membakar lembaran sejarah

Lalu kusebut asma-Mu dalam batin saja

Supaya tak satupun manusia mendengar

Kecuali hanya Engkau?!

                          [Back]

 

 

 

04 Ranjang Bulan

Rembulan hitam di atas rawa-rawa mesiu

Meredam hujan peluru duka membeku

Di tanah asing meleleh salju

Memburu nyanyian anak jaman

Matahari luka

Ketemu risau di ujung ombak

Tempat Bratayudha berperang

Merebut bangku-bangku pualam

Tempat bocah-bocah menyusu tetek ibu

Maut telah lahir dari hati sunyi

Gagal menahan gumpalan awan kejujuran

Kala burung bangau pulang ke sarang

Senja hilang di ujung malam

Menyatu di ranjang Rembulan dan Matahari

 

                            [Back]

 

 

05 Duka Debu Kemarau

Aku mendengar

Debu merintih ditinggalkan udara tropika

Ketika rerumputan pasrah diguyur keringat

Putaran matahari tinggalan dendam purba

Aku mendengar

Debu mengaduh langkah sekarat

Mencari tobat di pintu akerat

Doa-doa yang gembur di tanah usang

Ziarah tubuh menunggu maut

Aku mendengar

Suara debu ditikam hujan kepagian

Melenguh basah merambas dalam pori-pori

Keinginan untuk bertahan dari musim

Yang tak segan mengadili

                                            [Back]

 

 

 

06 Mementori Natal I

Jangan biarkan Gagak hitam

Terbang membawa maut

Lepaskan Merpati putih            

Mengikuti cakrawala Bapanya

Lelaki dengan keiklasan di dadanya

Melukis sendiri gerak hidup

Dari aroma misteri            

Seperti Arjuna melepas anak panah

Ke jantung hati

Sudah selesai peluh membasah

Hentikan juga air mata meniti duka

Sisakan saja doa mengejar purnama

Telah tiba waktu menarikan lagu pujian

                    Meski tubuh luluh lantak dalam tana                       Melepas Ben Suharto

                                                              [Back]

 

 

07 Bulan Di Lobang Angin

Telah kusemai hatimu

Dari tubuhku yang rapuh

Seperti aku mengengkrami badan jiwaku

Lewat kalbuku yang ringkih

Dari dingin angin

Dari warna Matahari

Dari aroma harum bunga kamboja

Bulan di lobang angin mengintip perang

Kekalahan melawan nalar sendiri

Menggebu di ujung pertempuran duri

Bimbang dalam kesangsian,

Masihkan engkau perawanku yang dulu

Tusuk sanggul kebaya biru

Meliuk gemulai di balik cekungan kaca?

                                                             [Back]

 

 

08 Metamorfose Ecstasy

Di balik kaca akuarium

Laki-laki bermimpi tentang hujan salju

Jatuh di atas tempat tidur busa

Dan seekor kucing bermain piano

Bonzai, Suzeki, berderet basah di televisi

Piranha, Oscar, Arwana, berenang di bak mandi

Mengelembung-gelembungkan sabun penuhi

Kamar

Wanita bugil melompat-lompat sendiri

Dari gelembung sabun ke batok kepala

Laki-laki terkapar di awang-awang

Memeluk Matahari mensetubuhi rembulan

Bumi menyempit sebesar bola golf

Diciumi jidat nafsu paling usang

      [Back]

 

 

[Soneta Nusantara] - [Nusantara Sonnets]

COLDA Air Minum  Sehat                     COLDA Mineral Spring  Water                    Sumber Air Pegunungan diproses secara  Higienis      *** COLDA ***

 

Air Minum_C O L D A_ Air Minum 

Mineral Drinking Water

Hubungi Customer Service :

Jl. Palmarah Barat No. 353 / Blok B2 Jakarta Selatan

Phone: (62-21) 530 4843, 7062 1108

Pengelola Baktinendra Prawiro, Retno Kintoko

Pengelola Baktinendra Prawiro, Retno Kintoko

  

   

   

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 Copyright©soneta.org 2004  
 For problems or questions regarding this web contact
[admin@soneta.org] 
Last updated: 14/08/2015